Rumah berpagar "pink" di Jalan TS Saleh II Nomor 112, Kelurahan Bumi Ayu, Kota Dumai, Riau, Rabu (8/6) pukul 12.00 WIB, tiba-tiba ramai dipenuhi orang.
Para pengunjung itu terlibat pembicaraan serius terkait kematian tragis seorang remaja perempuan bernama Tianova Risayulbi (16) dan ibu angkatnya yang berusia 45 tahun, Lilis Suryani.
Ibu-anak ini sebelumnya ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di salah satu kamar rumah yang kini menjadi saksi bisu peristiwa menggemparkan itu.
Siapa pelakunya, sejauh ini masih menjadi teka-teki. Aparat kepolisian harus bekerja keras untuk mengungkapkan kasus tersebut. Polisi menargetkan penuntasan kasus tersebut selama tiga bulan.
Kepala Kepolisian Resor Kota Dumai, AKBP Rudi Abdi Kasenda, secara resmi menyatakan keseriusan pihaknya untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan sadis ibu dan anak tersebut.
Salah satu bukti keseriusan aparat penegak hukum, yakni dibentuknya tim khusus (Timsus) yang terdiri dari 15 pasukan gabungan meliputi personel dari Satuan Fungsi Satuan Reserse Kriminal, Intelkam dan Sektor.
Kapolres menyerahkan upaya pengungkapan kasus tersebut ke pasukan terpilih. Mereka juga diminta untuk terus memberikan laporan secara berkala setiap bulannya dan terus berkoordinasi secara tim setiap pekannya.
"Kasus ini harus tuntas," kata Kapolres.
Melalui keterangan resminya pada Selasa (7/6), Rudi Abdi Kasenda, mengaku belum mengetahui secara jelas motif pembunuhan ibu dan anak itu.
"Dari olah tempat kejadian perkara di rumah korban yang dilakukan beberapa kali, diketahui tidak ada pengrusakan rumah beserta isinya. Namun motifnya masih buram, butuh proses dan pendalaman," katanya.
Saksi
Ketua Rukun Tetangga setempat, Afrizal, menguraikan, sebelum kedua korban ditemukan tewas mengenaskan pada Minggu (5/6) malam sekitar pukul 23.00 WIB, beberapa warga sekitar sempat menyaksikan rumah korban dikunjungi oleh sejumlah tamu yang datang silih berganti.
Tamu pertama di ketahui warga tetangga, datang berkungjung ke rumah korban sekitar pukul 10.00 WIB, atau 13 jam sebelum penemuan mayat.
"Warga ini mengadukan hal tersebut kepada saya sehari setelah korban ditemukan tewas. Dan setelah kita telusuri lebih jauh, akhirnya saya mendapatkan alamat rumah orang yang sempat berkunjung ke rumah korban," kata dia.
Orang itu pun, kata Afrizal, akhirnya berhasil ditemui dan mengungkapkan sejumlah fakta yang cukup mengejutkan. "Yang jelas, pada saat berkunjung ke rumah korban, tamu ini mengaku sempat melihat seorang pria sedang duduk di kursi ruang tamu sambil membaca koran," katanya.
Tamu ini, katanya, mengaku orang yang cukup dekat dengan korban. Tamu yang disamarkan sebagai Ria ini merupakan teman kerja kakak kandung suami sekaligus ayah tiri korban, Yelva Amris.
Pagi itu, kata Afrizal, Ria, sengaja datang ke rumah korban, ia meniatkan diri untuk konsultasi mengenai penyakit yang dideritanya.
Ria mengaku baru pertama kali berkunjung ke rumah korban. Ia berkunjung setelah mendengar kabar kalau Lilis merupakan seorang yang pandai mengobati segala jenis penyakit dengan ritual keagamaan.
Sejak kedatangan hingga kepulangannya selama kurang lebih setengah jam, Ria, mengaku masih melihat laki-laki yang sama di rumah itu.
"Laki-laki itu masih duduk dan membaca koran di ruang tamu," kata Afrizal mengungkapkan pernyataan Ria.
Selain Ria, kata Afrizal, warga tetangga korban lainnya, sekitar pukul 13.00 WIB juga sempat melihat kedatangan seorang pengantar air minum kemasan.
"Tukang air itu kelihatannya sudah menjadi langganan tetap korban. Ia membawa air galon ke dalam rumah korban dengan tanpa permisi," katanya.
Pengakuan warga tersebut kembali ditelusuri oleh Afrizal. Tidak berapa lama, tukang pengantar air galon yang disamarkan sebagai Johar, akhirnya berhasil ditemukan polisi.
"Pernyataan tukan air minum juga nggak jauh beda dengan yang sebelumnya. Di rumah korban sebenarnya juga telah ada seorang pria yang sangat akrab dengan korban," kata Afrizal.
Selanjutnya, sambung dia, sekitar pukul 17.30 WIB, di hari yang sama, beberapa tetangga korban juga sempat melihat kedatangan empat orang dengan dua sepeda motor.
"Dua ibu-ibu dan dua laki-laki remaja," katanya. Keempat orang ini akhirnya terlacak. "Mereka merupakan warga yang tinggal di Dumai," kata Afrizal.
Seorang diantaranya berinisial "S", kepada Afrizal menjelaskan, rumah keluarga Yelva ketika dikunjungi sore itu tampak sepi.
"S" juga mengaku sempat beberapa kali mencoba untuk memanggil korban dengan suara keras.
Teriakan itu disahut oleh suara misterius yang diindikasi suara seorang laki-laki yang berada di dalam rumah. Tanpa menunjukkan wajahnya, laki-laki misterius itu menyuruh keempatnya untuk datang kembali pada malam hari, dengan alasan pemilik rumah sedang tidak di rumah.
Mendengar seruan itu, keempatnya mengaku pulang namun kembali pada malam hari. "S" bersama temanya kembali lagi kerumah korban sekitar pukul 20.00 WIB.
"Tapi mereka kembali pulang karena rumah pak Yelvi malam itu terlihat masih sepi," kata Afrizal.
Saat ini, seluruh saksi-saksi baik, Ria, tukang air galon dan "S" serta ketiga rekannya diakui Afrizal, menjadi saksi kunci.
"Saya yang merujuk mereka semua untuk memberi keterangan di kepolisian. Mulanya mereka takut, tapi setelah diberi pengarahan, akhirnya semua bersedia," jelasnya.
Sempat di Teror
"Kami berharap pelakunya segera tertangkap dan diberi hukuman yang setimpal. Hukum mati," kata seorang wanita berambut ikal yang mengenakan daster hitam bermotif bunga-bunga.
Wanita bernama Rostina ini mengaku sebagai adik sekaligus ibu kandung korban pembunuhan keji yang terjadi pada Ahad (5/6).
Wanita 44 tahun ini menceritakan, sebelum di kabarkan meninggal dunia, Lilis Suryani, sempat berulang kali diancam oleh seorang kerabat melalui telepon selular.
Ancaman dari seorang kerabat tersebut diakui Rostina dirasakan kakanya sejak lima bulan terakhir. "Sejak adanya ancaman-ancaman itu, kakak saya terus sering mengganti nomor kartu 'handphone' nya.
Kalau nggak salah sampai terakhir, sudah tiga kali dia ganti nomor handphone. Terakhir kali dia berpesan agar tidak memberikan nomor tersebut ke siapapun," terang Rostina dengan nada terpatah-patah.
Rostina mengungkapkan, pada peristiwa pembunuhan sadis tersebut, dia tidak hanya kehilangan sang kakak kandung, namun juga seorang putri kandung.
"Nova adalah anak kandung saya. Dia saya titipkan sama kakak saya sejak bayi karena selama menikah dia nggak punya anak," kata Tina dengan mata berkaca-kaca.
Saat wawancara berlangsung raut Rostina memucat, kemudian ia berusaha menghindar dari kejaran pers yang mencoba mengorek informasi tentang kakak dan anak kandungnya.
Pernyataan Tina, amat penting untuk menyingkap tabir kematian Tianova dan Lilis Suryani, dan meringkus pelaku yang sampai saat ini masih menjadi teka-teki.