Bono Diam-diam Jadi Objek Wisata Di Riau

id bono diam-diam, jadi objek, wisata di riau

Pekanbaru, 30/3 (ANTARA) - Bono, peristiwa alam pertemuan antara muara Sungai Kampar dengan lautan Selat Malaka telah menjadi objek wisata menarik karena mampu mendatangkan turis asing.

"Secara diam-diam gelombang Bono di wilayah Semenanjung Kampar telah menjadi objek wisata, karena tak jarang para turis asing berselanjar disana," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, Raja Muhammad Yamin, di Pekanbaru, Rabu.

Menurutnya, para turis asing yang berkunjung ke objek wisata yang terdapat di Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan itu menggunakan kapal cepat (speed boat) dari sejumlah daerah di pesisir pantai timur Sumatera.

Terutama ketika terjadinya gelombang bono yang bisa mencapai ketinggian tiga meter lebih dan biasnya berlangsung pada tanggal-tanggal tertentu yang dihitung berdasarkan tahun Hijriah dalam setiap bulan.

"Biasanya turis asing yang datang ke lokasi Bono dengan menyewa 'speed boat' dari Batam, sedangkan wisatawan domestik yang ingin menjadi saksi dan berselanjar di atas gelombang itu menyewa kapal di daerah sekitar Sungai Kampar," jelas Yamin.

Bono sendiri dalam istilah masyarakat setempat memiliki arti benar, dan oleh warga lokal memiliki cerita yang telah menjadi legenda yang bercerita tentang seorang lelaki perantauan dari India yang ingin menikahi puteri salah satu kerajaan yang ada di Riau.

Meski demikian, Disbudpar Riau tidak memiliki data mengenai jumlah kunjungan turis asing ataupun lokal yang pernah berkunjung ke objek wisata itu.

"Hingga kini Bono belum dikelola dengan baik baik oleh masyarakat setempat, atau pemerintah lokal. Sehingga kami tidak memiliki data pasti mereka yang telah berkunjung ke daerah itu," katanya lagi.

Rian (28), warga Pekanbaru yang pernah berkunjung menyaksikan gelombang Bono mengaku, peristiwa alam dari pertemuan arus Sungai Kampar dan Selat Malaka itu merupakan objek wisata yang menarik karena hanya ada di Riau.

"Bagaimana mungkin pertemuan dua gelombang yang berbeda, yakni arus sungai dan laut bertemu kemudian menjadi gelombang setinggi tiga meter?. Tapi disitulah uniknya," kata dia.