Pekanbaru, 30/11 (ANTARA) - Sejumlah kalangan di Riau meminta founding (penyandang dana) mengkaji kembali keberadaan organisasi konservasi lingkungan WWF di provinsi menyusul ditemukan lima ekor gajah mati diracun.
"Kami berharap pemerintah dan LSM lingkungan termasuk itu WWF kembali mengevaluasi agar sama-sama melakukan perbaikan," ujar pemerhati lingkungan Universitas Riau, Tengku Ariful Amri, di Pekanbaru, Selasa.
Pada Jumat, (26/11), warga menemukan lima ekor gajah Sumatera mati akibat diracun di areal kerja perusahaan hutan tanaman industri PT Citra Sumber Sejahtera, di Desa Pauhranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu.
Kematian lima ekor gajah itu menunjukkan fakta bahwa keberadaan hewan ini kian terancam. Oleh karena itu kontribusi yang diberikan bagi penyelamatan hewan dilindungi harus bersifat konprehensif baik secara individu atau kelompok, dan harus mendapat dukungan pebuh dari pemerintah.
Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Riau mencatat, empat tahun terakhir sampai Maret 2010 ada 48 ekor gajah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, baik berwujud bangkai atau tulang belulang.
Dengan rincian tahun 2006 sebanyak 24 ekor, pada 2007 berjumlah 4 ekor, di 2008 terdapat 7 ekor, tahun 2009 ada 9 ekor serta hingga Maret 2010 ditemukan sebanyak 4 ekor gajah mati.
Ketua FJL Riau, Haidir Anwar Tanjung, menyatakan, Riau bukan tidak butuh LSM dalam upaya pelestarian lingkungan, namun bukan sekedar mencatat hewan yang mati atau melahirkan.
Tetapi kerja nyata untuk mengamankan demi pelestarian satwa dilindungi, sebab program yang dijalankan hingga kini baru bersifat seminar.
Belum ada tindakan langsung LSM internasional itu dalam upaya nyata di lapangan untuk melakukan penyelamatan dari konflik hewan versus manusia.
"Jika hanya mencatat data konflik yang terjadi atau korban jiwa, tidak perlulah LSM asing karena masyarakat biasa juga bisa melakukan seperti itu," jelasnya.
Humas WWF Riau, Syamsidar, tidak bersedia memberi jawaban mengenai tanggapan dari sejumlah kalangan yang menginginkan founding mengkaji kembali keberadaan WWF dengan alasan tidak memiliki kapasitas.
"Kalau mau dikaji silakan saja, pertanyaan itu dilayangkan ke bagian program karena saya tidak memiliki kapasitas untuk menjawab," katanya.