Pekanbaru (ANTARA) - Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Pekanbaru mencatat ekspor komoditas perairan Provinsi Riau setiap tahun terus mengalami peningkatan dengan nilai mencapai lebih dari Rp375 miliar pada 2018 lalu.
"Negara tujuan ekspor komoditas ikan Provinsi Riaudi antaranya adalah Malaysia, China, Taiwan, Thailand dan Vietnam," kata Kepala Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Pekanbaru Eko Sulistyanto kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Ia menjelaskan terdapat dua jenis komoditas ekspor hasil perikanan Riau. Pertama adalah komoditas ekspor ikan hidup seperti arwana. Pada 2017, tercatat 32.000 lebih arwana asal Riau yang diekspor ke Negeri Tirai Bambu China, Thailand, Taiwan, Malaysia dan Vietnam dengan nilai lebih dari Rp19 miliar.
Pada tahun selanjutnya, volume ekspor meningkat mencapai 46.000 ekor lebih dengan total nilai mencapai Rp22 miliar.
Sementara ekspor ikan konsumsi pada 2017 mencapai 178.000 ton dengan nilai Rp277 miliar. Setahun kemudian volume ekspor meningkat lebih dari 181.000 ton dengan total nilai mencapai Rp353 miliar per tahun.
Pada 2019 ini, nilai ekspor diharapkan terus meningkat seiring dimulainya ekspor kerang dengan volume sebanyak empat ton per hari dengan tujuan Thailand.
Lebih jauh, Eko menjelaskan saat ini terdapat lima daerah eksportir ikan yang tercatat di BKIPM Pekanbaru. Di antaranyaRokan Hilir, Meranti, Dumai, Bengkalis dan Kota Pekanbaru.
Khusus untuk kerang, eksportir Riau berhasil membuka pintu ekspor kerang darah (Anadara granosa) ke Negeri Gajah Putih Thailand dengan volume mencapai empat ton setiap hari. Ekspor itu dilakukan secara langsung melalui jalur udara Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Saat ini, baru ada dua perusahaan di Riau yang bergerak dalam kegiatan ekspor kerang ke Thailand. Kedua perusahaan itu milik masyarakat setempat yang berada di Pekanbaru. Sistem ekspor kerang itu sendiri diawali dengan pengiriman kerang hidup dari Rokan Hilir ke Pekanbaru untuk selanjutnya diterbangkan ke Thailand.
Ke depan, Eko mengatakan pengembangan ekspor kerang diharapkan tidak hanya ke satu negara melainkan sejumlah negara lainnya sehingga membantu peningkatan ekonomi nelayan Rokan Hilir.
Sementara Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution berharap ekspor kerang secara langsung melalui jalur udara menjadi tonggak awal Bumi Lancang Kuning sebagai penghasil dan eksportir komoditas ikan.
Ia mengatakan bahwa Riau memiliki sejarah penghasil komoditas ikan terbesar di dunia. Merujuk sejarah, ia menjelaskan Pelabuhan Bagansiapiapi, Rokan Hilir, pernah mencapai kejayaan di era penjajahan Belanda silam atau sekitar 1930-an.
Pada masa itu kejayaan Bagansiapiapi mencapai puncak ketika produksi ikan mencapai 300.000 ton per tahun. Capaian itu menempatkan Bagansiapiapi menjadi pelabuhan dengan produksi ikan terbanyak dan teramai kedua di dunia setelah Norwegia.
"Kita sangat punya potensi. Dulu kan pernah Rokan Hilir jadi daerah eksportir ikan terbesar dunia. Sementara tadi kita lihat baru ada dua perusahaan. Makanya kita akan terus lakukan pembinaan. Potensi kita besar sekali," kata Edy.
Baca juga: KKP berhasil tangkap 35 kapal ikan asing sejak awal 2019
Baca juga: KKP tangkap kapal berbendera Malaysia