Indonesia negara pertama kembangkan sawit jadi bensin melalui co-processing

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara, minyak sawit

Indonesia negara pertama kembangkan sawit jadi bensin melalui co-processing

Illustrasi: Dua orang mahasiswa melakukan uji coba pembuatan surfaktan di laboratorium Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB di Kampus Dramaga, Bogor, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Jafkhairi)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menjelaskan pemerintah mendukung penelitian pemanfaatan sawit untuk menjadi bahan bakar jenis bensin ataupun LPG melalui co-processing.

"Indonesia yang pertama mengembangkan sawit untuk bensin melalui co-processing. Minyak sawit dicampurkan ke kilang dengan proses cracking, menggunakan katalis Merah Putih, yang juga merupakan produksi anak bangsa, dan akan menghasilkan bensin dan LPG di akhir proses," jelas Dadan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Harga tandan buah segar kelapa sawit Riau naik Rp34,97/kg

Dadan mengungkapkan pemanfaatan sawit untuk bensin ini juga telah dilakukan di beberapa negara seperti di Amerika, Italia, dan UEA. Namun, yang dikembangkan di negara-negara tersebut adalah membuat pabrik baru yang dapat mengolah langsung sawit dengan bensin sebagai salah satu produknya.

"Yang mereka kembangkan bukan co-processing , tapi stand-alone dari sawit menghasilkan bensin. Untuk co-processing ini kita yang pertama," ujarnya.

Kelebihan lain dari co-processing, kata Dadan, masih dapat menggunakan kilang yang ada, sehingga lebih hemat dalam proses produksinya. "Yang digunakan adalah kilang exisisting, hanya ditambahkan proses di tengahnya untuk menghasilkan bensin dan LPG," kata Dadan.

Terkait harga, Dadan mengungkapkan harga bensin dari sawit ini nantinya masih akan tergantung dari harga bahan baku sawitnya.

"Ada mekanisme yang saling menguntungkan pastinya, bisa melalui insentif atau bentuk lain, karena kita tahu hingga saat ini di lapangan, kalau harga minyak goreng selalu lebih mahal dari bahan bakar," katanya.

Selain Dadan Kusdiana, hadir pula sebagai pembicara pada lokakarya kerja sama Balitbang ESDM dan IPB kali ini Pakar Bioenergi IPB Erliza Hambali dan Armansyah Tambunan, juga Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Edi Wibowo, dan Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan.

Baca juga: Ketika jutaan ton sawit membusuk tidak terjual, karena dituduh merusak hutan

Baca juga: Pertamina Luncurkan Bensin Jenis Baru Pada Mei


Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan