Pekanbaru (ANTARA) - Dalam rangka memperingati "Hari Ayah Nasional" BEI Playschool, Pekanbaru, Rabu, mengajak ayah dari anak didik untuk turut hadir bermain bersama anak di sekolah.
"Ini upaya untuk mengurangi fenomena 'fatherless' sehingga kami berupaya untuk mengajak ayah turut aktif dalam menemani putra-putrinya," ujar Kepala Sekolah BEI Playschool Pekanbaru,MUHARTATI PUJA KESUMA, S. Pdi.
Dalam kegiatan tersebut para ayah diberi kesempatan untuk menebak suara dari putra putrinya dalam bilik tertutup. Selain itu, suasana haru juga terbentuk saat anak-anak membacakan puisi bagi ayah mereka.
Nuansa perayaan khusus tersebut, anak-anak diberi arahan untuk mengenakan pakaian ala tahun 70-an sekaligus memperingati hari pahlawan.
Berbeda dari Hari Ibu yang telah lama ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, mengutip laman dalam jaringan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Rabu, Hari Ayah Nasional lahir dari gerakan masyarakat sipil, bukan keputusan pemerintah. Gagasan itu muncul dari Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) di Kota Solo, Jawa Tengah, pada tahun 2006.
Kala itu, PPIP sering menggelar kegiatan memperingati Hari Ibu. Namun, dalam satu kesempatan, muncul pertanyaan polos dari sejumlah anak, “Kalau Hari Ibu ada, kapan Hari Ayah?” Pertanyaan sederhana itu menggugah para penggagas untuk mencari tanggal yang tepat bagi Hari Ayah.
Pencarian tersebut berujung pada sebuah momentum bersejarah. Pada 12 November 2006, PPIP menggelar deklarasi Hari Ayah Nasional di Balai Kota Surakarta (Solo). Acara tersebut turut dihadiri oleh Wali Kota Solo saat itu, Joko Widodo, yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dalam deklarasi itu, PPIP menyerahkan Piagam Penghargaan untuk Ayah kepada berbagai tokoh masyarakat serta mengirimkan 1.000 surat cinta untuk ayah dari anak-anak di berbagai daerah di Indonesia. Surat-surat itu menjadi simbol kasih sayang tulus yang sering kali tak terucap, namun nyata dirasakan dalam kehidupan keluarga.
Hari Ayah Nasional menjadi ajang refleksi tentang makna kehadiran seorang ayah. Ia bukan sekadar pencari nafkah, tetapi juga penjaga, pendidik, dan sumber keteladanan. Dalam banyak keluarga, peran ayah sering hadir dalam bentuk kerja keras yang sunyi, peluh yang tak dikeluhkan, atau keputusan bijak yang melindungi keluarganya dari kesulitan.
“Kasih ayah itu sering tanpa kata, tapi nyata dalam tindakan,” demikian ungkapan yang kerap muncul di berbagai kampanye peringatan Hari Ayah.
