Pelalawan (ANTARA) - Kesibukan mulai tampak di camp restorasi WWF, Ukui, Pelalawan, Riau, sejak Sabtu (30/3) pagi, karena puluhan anak-anak usia sekolah dasar tempatan, akan berkunjung untuk menyaksikan pagelaran dongeng dari relawan, dan kelompok teater.
Acara peringatan Hari Hutan Internasional yang diperingati tiap tanggal 21 Maret oleh WWF di Kawasan Hutan Nasional Tesso Nilo (TNTN) tepatnya di Camp Restorasi, selama dua hari.
"Momendongeng ini baru pertama kali, sebelumnya kita peringati dengan berkunjung ke sekolah sekitar hutan, dan menanam pohon," kata Ecotourism Officer WWF Central Sumatra, GianiniSonnevil, di Pelalawan, Sabtu.
Gianini yang alumsi Bahasa Inggris UNRI, menjelaskan acara ini juga sempena hari dongeng sedunia, yang juga diperingati pada tanggal 20 Maret.
Tujuan dari pagelaran dongeng selain
menampilkan sesuatu yang berbeda juga, untuk mengenalkan lingkungan lewat dongeng, yang naskahnya karya relawan.
Diharapkan anak-anak bisa peduli terhadap lingkungan, TessoNilo, dan peduli pada kebersihan, selain juga literasi, sehingga ketika orang bertanya tentang TNTN, mereka tahu apa yang perlu disampaikan," ujar Gianini.
Seorang pendongeng Gilang Sri Mentari mengambil tema, 'Gajah dan teman-temannya', ia bercerita seekor gajah yang hidup di hutan Tesso Nilo, yang awalnya sebatang kara.
Lama kelamaan, lewat kubangan yang dibuatnya di dekat pohon beringin, gajah mendapat teman seperti kodok, kumbang dan sebagainya.
"Ternyata gajah menjadi manfaat bagi hewan lainnya," ujar Gilang Sri Mentari.
Dari kotorannya bisa jadi makanan bagi kumbang, menjadi penyebar benih bibit pohon seperti beringin, bacang, durian, nangka dan manfaat lainnya memberi sumber air dari kubangan yang dibuat gajah.
"Dongeng ini mengajak anak-anak, mencintai gajah yang hidup di sekitar mereka," ujar Gilang mengakui ini karyanya.
Sementara Guru kelas III, SDN 017, Bagan Limau, Ukui, Pelalawan, Ruli Hariyani, mengaku kegiatan ini bagus karena akan lebih mengenalkan hutan kepada anak-anak.
Selama ini, mengenalkan hutan dilakukan guru dengan penerangan di kelas, lalu menanam pohon kembali.
"Dengan peragaan dongeng, akan lebih terserap, ketimbang literasi. Sebab lebih dimengerti," ujarnya.
Ia menambahkan, ia juga sebagai pendamping Masyarakat Mitra Polhut (MMP) TNTN ikut melakukan penanaman pohon di pinggiran Desa Bagan Limau.
"Dulu desa kami gersang karena pohon ditebang, jadi kebun sawit. Setelah jadi TNTN dan bermitra, diadakan gerakan menanam 1.000 pohon dua tahun lalu," ujarnya.
Ia menambahkan tahun lalu masyarakat Bagan Limau menanam pohon bambu, di kawasan pinggir hutan untuk makanan gajah.
"Tahun Ini kita sudah tanam nangka, dan cempedak," ujarnya.
Mereka melakukan itu atas kesadaran, bahwa ada hewan gajah yang hidup di sekitar dan perlu makanan.
Sastrika Maylani, mengaku senang ikut pagelaran dongeng Tesso Nilo. "Senang, karena bisa mendengar dongeng gajah, dan bermain di hutan," tambahnya.
Peserta berasal dari SDN 003 Lubuk Kembang Bunga, SDN 017, Bagan Limau, Ukui, Pelalawan, Riau.
Selain mendengarkan dongeng, relawan juga memberikan pelatihan, mendaur ulang sampah botol minuman celengan berbentuk gajah. Acara ini dilakukan pada hari pertama.
Hari ke dua anak-anak akan disajikan tontonan teater dan ikrar menanam pohon buah di TNTN.
Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di Provinsi Riau. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas awalsebesar 38.576 hektare, menjadi 81.739 hektare sesuai dengan KLHK tahun 2014.
Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.
DiTNTN terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 150-an gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah.
Mendongeng untuk anak tempatan di Hari Hutan
Tntn