Pekanbaru (Antarariau.com) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau mengimbau warga Kota Pekanbaru untuk waspada saat beraktivitas di Sungai Siak terkait kemunculan buaya dalam sepekan terakhir ini, dengan menyosialisasikan enam larangan.
"Ada dua laporan yang kami terima terkait kemunculan buaya di Sungai Siak. Laporan itu valid memang benar buaya dan Sungai Siak memang jadi habitat buaya," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
BBKSDA Riau menghimbau agar warga berhati hati dan waspada saat beraktifitas di sungai yang ada buaya dengan menerapkan enam larangan.
Larangan pertama, tidak mencuci ikan atau ayam secara langsung di sungai yang berbuaya karena bau amis ikan mengundang buaya datang. Kedua, tidak mandi berenang di sungai yang berbuaya, tetapi dengan berada di lanting saja.
Ketiga, tidak mencuci peralatan masak yang banyak makanan sisa mengandung bau ikan, langsung ke tepi sungai karena buaya akan mencium aroma amis ikan bekas masakan. Keempat, selalu berhati-hati dan waspada saat beraktifitas di sungai.
Kelima, selalu berada di atas perahu tidak akan menyebabkan serangan buaya. Dan keenam, tidak membuang bahan beracun, melukai buaya karena dapat menyebabkan satwa liar menjadi sensitif terhadap gerakan-gerakan di sekitarnya.
Laporan terakhir kemunculan buaya diterima BBKSDA Riau pada Selasa (30/10) tak jauh dari tempat pemancingan ikan di tepian Sungai Siak di Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru. Menurut dia, keresahan warga cukup beralasan karena sudah lama buaya tidak terlihat di Sungai Siak.
"Mungkin sebelumnya aktivitas kapal di Sungai Siak ramai dengan kapal, sehingga buaya terdesak. Sekarang ketika kapal sedang sepi ya muncul lagi," ujarnya.
Ia mengatakan perlu ada kewaspadaan dari warga untuk mengetahui habitat buaya di Riau. Sebaran buaya di Riau berada di empat sungai besar utama yang berada di sisi Utara, tengah dan sisi selatan wilayah Riau. Sungai tersebut antara lain Sungai Rokan, Siak, Kampar dan Sungai Indragiri.
Secara umum ada dua jenis buaya yang mendiami sungai tersebut, yakni buaya muara (Crocosylus porosus) dan buaya senyulong (Tomistima sp). Buaya muara akan hidup dan berkembang lebih optimal pada muara-muara sungai, dan semakin ke hulu populasinya semakin kecil, tetapi dominasi wilayah sebaran akan dikuasai oleh jenis senyulong.
"Yang di Sungai Siak itu buaya senyulong. Cirinya adalah mulutnya panjang dan lebih kecil dari buaya muara. Dia sebenarnya pemakan ikan," kata Hutomo.
Ia mengatakan sebenarnya buaya sangat jarang sekali secara sengaja menyerang manusia. Kebiasaan manusialah yang kerap memicu munculnya serangan buaya.
"Dalam pemantauan kami serangan buaya terjadi secara insidentil, biasanya karena masyarakat tidak menyadari wilayah perairan tersebu habitat buaya," katanya.
Berdasarkan Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, penetapan satwa liar dilindungi, berdasarkan karakteristik habitat, pola dan relung hidup yang spesifik.
Oleh sebab itu, lanjutnya, BBKSDA melakukan langkah pemantauan habitat dan sebaran buaya serta langkah pengamanan secara terukur bilamana keberadaannya menyebabkan keresahan warga.
***4***
(T.F012)
Berita Lainnya
BBKSDA Riau evakuasi buaya muara dari kolam warga di Kampar
22 August 2019 19:42 WIB
Seorang Remaja Di Kuantan Singingi Selamat Dari Terkaman Buaya Ganas
05 October 2018 18:40 WIB
Buaya 200 Kilogram Dievakuasi Dari Rumah Warga
28 December 2017 15:05 WIB
Dua Bocah Perempuan Selamat Dari Terkaman Buaya
14 July 2016 11:44 WIB
Kacung Marijan: Budaya Jaga Indonesia Dari "Buaya"
21 December 2014 20:42 WIB
Seorang Nenek Berhasil Selamat Dari Rahang Buaya
23 March 2013 16:31 WIB
Pemkab Siak gelar Festival Sastra Sungai Jantan
19 October 2024 11:38 WIB
Panglima Pucuk LLMB sedih melihat Sungai Mandau Siak masih tertinggal
17 October 2024 8:22 WIB