"Tanah Airku" Mengharukan Penonton Ikon di London

id tanah airku, mengharukan penonton, ikon di london

"Tanah Airku" Mengharukan Penonton Ikon di London

Jakarta (Antarariau.com) - Bagi orang Indonesia yang tinggal di Inggris, jauh dari tanah air - lagu "Tanah airku" yang dilantumkan oleh penyanyi mezzosoprano berdarah Medan, Yasashi I Evelyn Pangaribuan menyentuh hati mereka.

Lagu tersebut berkumandang pada Festival seni dan budaya Indonesia Kontemporer, yang dikenal dengan "IKON" yang diselenggarakan di Kampus School of Oriental and African Studies (SOAS) Universitas London, Sabtu 6 Oktober 2018.

Hujan yang membasahi bumi Kerajaan Inggris sejak pagi tidak menyurutkan keinginan Utami Gozai dan Wati Halesworth serta Alex (10) dari Colchester menempuh perjalanan satu jam ke London dengan kereta api untuk menyaksikan festival seni budaya dan kuliner bertema "Musik Indonesia di mata dunia".

Rasanya terharu mendengarkan lagu Tanah Airku dibawakan Evelyn, ujar Utami yang menetap di Colchester, Essex lebih dari 20 tahun namun baru pertama kalinya menyaksikan acara IKON yang tke delapan tahun ini.

Bukan hanya Utami yang bersuamikan Tony Fieldsand merasa haru dan ikut menyanyi tetapi juga Rosi Meilani, diaspora Indonesia yang juga lama menetap di Inggris mengaku terharu saat Evelyn melantumkan lagu Indonesia Pusaka.

Penyanyi ini pernah meraih penghargaan tertinggi pada kontes menyanyi "Catherina Leimena National Singging Competion".

"Entah kenapa, ketika jauh dari tanah air rasa cinta saya pada Indonesia jauh lebih terasa,"ujar Rosi yang mengakui sering kali air matanya jatuh hanya karena lagu-lagu seperti ini.

Menurut Rosi, mungkin perasaan seperti itu juga banyak dirasakan para diaspora Indonesia di luar negeri.

Seperti lagu Indonesia Pusaka, meskipun liriknya sederhana tapi maknanya sangat dalam bisa membangkitkan kenangan dan kebanggaan akan Tanah Air.

Syair seperti ini "Indonesia tanah air beta, Pusaka abadi nan jaya, Indonesia sejak dulu kala.Slalu dipuja-puja bangsa. Disana tempat lahir beta. Dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua. Sampai akhir menutup mata," tentu membangkitkan kenangan akan Tanah Air.

Evelyn menyanyi diiringi piano yang dimainkan oleh Stephanie Onggowinoto, keduanya mahasiswa Indonesia di Royal College of Music London menghibur pengunjung IKON, dari berbagai negara.

Musisi Inggris, yang tergabung dalam "Sekar Engga" asuhan Simon Cook menampilkan yang memainkan Kecapi Suling yang membawa penonton berada dalam suasana di bumi Parahiyangan di tengah hamparan persawahan sambil menyantap bekal dari rumah.

Perasaan lapar yang timbul ketika mendengar petikan kecapi dan tiupan suling juga diakui oleh Dubes Indonesia di London Rizal Sukma .

"Menengar pak Simon memainkan alat musik suling membuat saya menjadi lapar dan membayangkan setelah makan bekal jadi mengantuk,"ujar Dubes yang istrinya Hana A Satryo adalah alumni SOAS.

Simon Cook yang mempelajari musik Sunda selama lebih dari satu dekade di Indonesia, menyuguhkan musik asli Jawa Barat dengan memainkan Kacapi Suling bersama rekannya Barley. Simon yang juga pernah belajar gamelan waktu di Yogyakarta dengan fasih dan indah melantumkan tembang, Cianjuran.

Koordinator IKON, Lenah Susianty, menyebutkan berbeda dengan festival Indonesia sebelumnya, IKON ingin mengedepankan dialog antar bangsa. Sesuai tema tahun ini IKON juga mengundang artis, seniman, dan musisi dari berbagai negara untuk bermain musik tradisional Indonesia,

Selain Simon Cook dan Barley para seniman lain yang tampil adalah Sarah Sturchfiel dari Jagat Gamelan, Paula Friar dan Nick Gray dari grup Segar Madu memainkan gender wayang, Nick Gray, dosen senior mengajar musik Asia Tenggara di SOAS, dan Paula Friar memainkan musik gender wayang Bali khususnya dari desa Sukawati yang dipelajari Nick Gray dari seorang seniman Bali.

Dalam acara IKON yang didukung KBRI London tampil bintang tamu IKON 2018 Ghost Gamelan yang dibentuk setelah Susheela Raman dan Sam Mills datang ke Indonesia dan bertemu dengan komposer gamelan Jawa asal Surakarta, Gondrong Gunarto, tahun 2015. Bergabung dengan Agus Prasetyo, Angger Widhi Asmara, dan Rano Prasetyo, kelompok musik ini menulis album bernama dengan band.

Ghost Gamelan mampir di ajang IKON dalam tur Eropa.

Kekayaan dan keberagaman alat musik Indonesia menjadi lengkap dengan tampilnya seniman muda asal Polandia, Aga Ujma sangat mahir memainkan alat musik Sasando asal pulau Rote, NTT.

Aga Ujma, sempat belajar di Jawa Tengah mengikuti program Darmasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar menyanyi dan menulis musik tradisional Jawa dengan mahir memainkan alat musik Sasando yang berasal dari pulau Rote.

Selain memainkan alat musik Sasando yang dipelajarinya selama hampir dua tahun, Ujma juga belajar menyanyi dan menulis musik tradisional Jawa. Gadis Polandia ini sedang fokus menulis lagu yang mengawinkan musik rakyat Polandia dan alat musik Indonesia, khususnya Sasando, Siter Jawa, dan Gen.

Aga Ujma melantumkan lagu Bole Lebo yang syairnya mengungkapkan pujaan dan syukur serta kecintaan warga Timor akan keindahan pulau tersebut, mampu membuat para pnonton larut dalam suasana haru.

"Bae tidak bae Nusa Timor lebih bae..."

Kemeriahan acara IKON semakin seru saat sekelompok putra-putri keluarga diaspora Indonesia melantumkan serangkaian hymne perjuangan seperti "17 Agustus Tahun 45" dan lagu anak-anak lainnya.

Tak kalah menawan adalah penampilan kelompok London Angklung Dharma Wanita yang memainkan lagu Manuk Dalalai, Mamamia dan Bengawan Solo.

Kelompok gamelan Jagat Gamelan, gabungan dari berbagai warga negara yang tinggal di London, juga akan memainkan lagu-lagu nostalgia seperti Suwe Ora Jamu serta Balon dengan membawa balon warna warni lalu lagu Kuda lumping.

Begitu banyak pemusik asing ikut menampilkan jenis musik berbeda dengan alat musik yang bervariasi, menunjukkan bahwa musik Indonesia sudah sangat memengaruhi khazanah musik dunia dan memberi inspirasi pada para pemusik internasional.

Penampilan berbagai kesenian Indonesia juga menarik perhatian banyak anak muda Inggris, salah satunya Alex Haleswort yang baru pertama kali menyaksikan berbagai seni budaya Indonesia.

" Saya sangat menikmati berbagai pertunjukan seperti angklung dan musik Gamelan," katanya.