Pekanbaru (Antarariau.com) - Satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Provinsi Riau mewaspadai ancaman "ekspor" kabut asap ke Malaysia dan Singapura menyusul kebakaran di wilayah pesisir yang semakin meluas.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Jim Gafur kepada Antara di Pekanbaru, Selasa, mengatakan Kabupaten Rokan Hilir merupakan wilayah yang mengalami kebakaran terluas di provinsi berjuluk Bumi Lancang Kuning tersebut.
Rokan Hilir secara geografis berada di pesisir Provinsi Riau dan berbatasan langsung dengan Negeri Jiran, seperti Malaysia dan Singapura.
"Pemadaman terus kami lakukan. Semua kekuatan kita kerahkan ke sana. Tapi memang cuaca sangat panas yang berdampak kebakaran sulit dikendalikan. Apalagi di Rokan Hilir, di ujung dan perbatasan Malaysia," jelas Jim.
Dalam sepekan terakhir, sebagian wilayah Riau mengalami karhutla cukup hebat. Salah satu wilayah yang mengalami karhutla terparah adalah Kabupaten Rokan Hilir.
Berdasarkan data yang diperoleh Antara dari Posko Satgas Karhutla Provinsi Riau, total luas kebakaran di Rokan Hilir mencapai lebih dari 200 hektare. Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca panas yang melanda sebagian besar Riau membuat karhutla yang terjadi di lahan gambut kering semakin sulit dikendalikan.
Jim mengakui, bahwa upaya penanggulangan karhutla di wilayah Rokan Hilir lebih sulit dibandingkan dengan daerah lainnya di Riau. Kabut asap akibat kebakaran yang melahap lahan gambut tersebut secara tidak langsung juga mempersulit pemadaman, baik dari jalur udara maupun darat.
"Dalam beberapa hari ini kita fokus pemadaman di Rokan Hilir. Semua kekuatan kita konsentrasikan ke sana," ujarnya.
Seperti pada hari ini, dia mengatakan, satgas karhutla mengoperasikan empat unit helikopter jenis MI-171, Bell 214 dan dua unit Kamov ke sejumlah lokasi, seperti Dumai, Siak dan Rokan Hilir.
Namun, dua dari empat helikopter yang dioperasikan satgas udara karhutla tersebut fokus melakukan pemadaman di Kabupaten Rokan Hilir.
Selain di Riau, ancaman karhutla juga melanda sejumlah Provinsi di Pulau Sumatera. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru di Pekanbaru, hasil pencitraan satelit yang diperbarui pukul 06.00 WIB menunjukan 169 titik panas (hotspot) di Pulau Sumatera.
Titik panas tersebut merupakan indikasi awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Riau menjadi daerah paling banyak menyumbang titik panas karena dengan 90 titik.
Sumatera Selatan terdata 13 titik, Bangka Belitung 27 titik, Sumatera Utara 22 titik, Sumatera Barat 10 titik, Jambi empat titik, dan Lampung tiga titik.
Khusus di Riau, berdasarkan tingkat keakuratan (level of confidence) di atas 70 persen terdapat 57 titik api yang dipastikan kebakaran.
"Rokan Hilir paling banyak titik api karena mencapai 42 titik," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sukisno.
Kabupaten Bengkalis terdata 10 titik api, Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Kota Dumai, masing-masing satu titik api.