Pekanbaru, (Antarariau.com) - Jelang puncak perayaan Imlek 2018 yang jatuh pada tanggal 16 Februari, sejumlah pedagang musiman khas Imlek mulai menjamur di Jalan Karet Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
"Tiap tahun saya jualan di sini," ucap Yanto salah seorang pedagang kaki lima tesebut, Senin.
Yanto menuturkan bahwa usaha musiman tersebut sudah rutin ia lakukan sejak lima tahun belakangan. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan tersebut mengatakan bahwa pendapatan yang ia terima selama menjadi pedagang pernak-pernik Imlek dadakan jauh lebih besar daripada apa yang ia terima sebagai seorang kuli.
Setidaknya ia tak harus keluar tenaga banyak untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah tersebut.
Lebih jauh ia menuturkan bahwa dalam satu hari Yanto bisa menjual hingga 15 potong baju "Chongsam" atau baju tradisional masyaralat Tionghoa tersebut. Dengan harga Rp50 hingga Rp80 Ribu, keuntungan yang ia peroleh bisa mencapai Rp500 Ribu dalam satu hari. Nilai tersebut belum termasuk dalam baju kaos kerah atau "poloshirt" dan baju untuk anak-anak. Kendati ia tidak menjelaskan lebih rinci soal nominal yang ia terima tiap harinya, namun Yanto mengaku usaha musimannya tersebut cukup menjanjikan.
Yanto menambahkan bahwa barang dagangannya tersebut ia beli di Jakarta. Dengan perantara seorang kawan, ia dan istri memanfaatkan halam sebuah ruko untuk berjualan. Yanto juga menyebutkan bahwa tidak ada biaya sewa tempat berjualannya tersebut, namun ia harus membayar biaya kebersihan yang enggan disebutkan berapa nominalnya.
"Saya jualan dari jam delapan pagi sampai nanti malam. Gak tentu sampai jam berapa, sampai capek saja," kata Yanto.
Seorang pedagang lainnya, Robi juga mengatakan hal yang sama. Pria asal Sumatera Barat tersebut juga sengaja memanfaatkan momen Imlek untuk berjualan barang yang didominasi warna merah tersebut.
Robi menuturkan bahwa ia telah berjualan sejak awal Februari dan tak tanggung-tanggung, dalam 10 hari berjualan usahanya tersebut sudah hampir balik modal 100 persen.
Ini adalah kali pertama ia berjualan pernak-pernik Imlek tersebut. Setidaknya ia mengaku bahwa usaha tersebut dinilai cukup menjanjikan. Pasalnya dengan berjualan lampion, amplop angpao, hingga pakaian tradisional masyarakat Tionghoa, Robi mampu meraup Rp1 Juta perhari.
Mengingat puncak perayaan tahun baru China tersebut akan digelar pada tanggal 16 Februari, namun ia memperkirakan bahwa puncak jual beli pernak-pernik tersebut telah terjadi pada hari Minggu lalu.
Namun demikian Robi berencana untuk tetap berjualan hingga akhir bulan mendatang. Hal ini lantaran baju dan beberapa barang dagangannya tersebut akan ketinggalan musim. Pasalnya momen Imlek tersebut juga memiliki shio khusus yang berbeda setiap tahunnya.
"Sekarang Shio Anjing tanah, sedangkan tahun depan itu shio babi. Makanya harus segera dijual tahun ini," pungkas Robi.
Oleh Retmon Bensal Putra