Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau, mempercepat upaya pengentasan gizi buruk di enam kecamatan dan 10 desa di Kabupaten Rokan Hulu terkait daerah itu terdapat 10 hingga 25 persen anak balita masih mengalami gizi buruk.
"Pengentasan gizi buruk di Kabupaten Rohul sekaligus menjadi daerah tujuan kunjungan Tim Kementrian Kesehatan RI pada Jumat (9/2). Dalam kunjungan tim akan dilakukan pemetaan masalah hingga dicarikan solusinya," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dr. Yohannes di Pekanbaru, Rabu.
Menurut Yohannes, berdasarkan hasil kunjungan tim Kemenkes RI tersebut secara bersama-sama dengan instansi terkait seperti Dinas Tenaga Kerja kabupaten dan kota serta Dinasker Provinsi mencari solusinya dan akan diterapkan juga pada kabupaten lainnya di Riau yang memiliki kasus yang sama.
Ia mengatakan, keterlibatan dinas tenaga kerja dibutuhkan untuk memberikan teguran pada manajemen perusahaan karena banyak balita gizi buruk berasal dari keluarga yang orang tua mereka bekerja di perusahaan sawit. Para pekerja tersebut banyak berasal dari provinsi tentangga yakni Sumut.
"Dinas tenagakerja di kabupaten Rohul perlu melakukan peninjauan keperusahaan agar manejemen perusahaan segera mengurus karyawan mereka untuk diintegrasikan kepesertaannya ke BPJS Kesehatan. Dengan memiliki kartu BPJS Kesehatan maka anak gizi buruk bisa segera diantisipasi,"katanya.
Kebijakan tersebut dibutuhkan, katanya, karena balita gizi buruk akan mengalami "stunting", yaitu gagal tumbuh yang ditandai dengan fisik yang pendek dibanding teman sebaya yang gizinya baik.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Riau, Dedi Parlaungan mengatakan persoalan gizi buruk perlu melibatkan seluruh instansi terkait, Pemerintah kabupaten dan kota, BKKBN, PUPR, Kemenag dan Disduk Capil.
Salah satu penyebab stunting, menurut Dedi, antara lain adalah masalah asupan gizi dan pemberian makan sedari masa ASI dan MP ASI. Ibu hamil yang kurang seimbang nutrisinya, serta pemberian MP ASI yang rendah protein, zat besi, zinc dan kalsium.
Ia mengatakan, anak usia di atas 6-12 bulan membutuhkan konsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1-3 tahun membutuhkan konsumsi protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Sumber protein tidak harus daging merah, karena daging masih dianggap cukup mahal bagi sebagian besar masyarakat untuk dikonsumsi secara rutin.
Jadi alternatifnya bisa ayam atau ikan, bahkan susu dan telur pun cukup kalau bisa rutin. Selain itu protein nabati juga seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran. ***4***T.F011
Berita Lainnya
Pengungsi Rohingya di Pekanbaru kerap curi hasil kebun hingga bawa sajam, warga resah
18 December 2024 21:57 WIB
Tiga RT di Pluit Jakarta terendam rob hingga 70 centimeter
17 December 2024 13:49 WIB
Airlangga: PPN naik, pekerja padat karya dengan gaji hingga Rp10 juta bebas PPh
16 December 2024 14:55 WIB
Polda Riau ungkap peredaran narkoba untuk tahun baru hingga ke NTB
16 December 2024 14:54 WIB
BRGM targetkan rehabilitasi mangrove Riau seluas 7 ribu hektare hingga 2027
16 December 2024 13:57 WIB
Aktivitas Gunung Semeru didominasi gempa dan erupsi hingga puluhan kali per hari
16 December 2024 11:32 WIB
Marisa Putri penabrak seorang ibu hingga tewas divonis 8 tahun penjara
12 December 2024 16:02 WIB
Golkar undang Presiden Prabowo Subianto hingga Jokowi dalam acara Puncak HUT Ke-60
10 December 2024 15:58 WIB