Pengentasan Kemiskinan Ala Jefri Noer

id pengentasan kemiskinan, ala jefri noer

Pengentasan Kemiskinan Ala Jefri Noer

Mengentaskan kemiskinan tak sesulit yang dibayangkan. Cukup dengan kemauan dan niat yang kuat untuk mewujudkannya, maka kemiskinan bisa teratasi. Setidaknya itulah keyakinan Jefri Noer, Mantan Bupati Kampar, yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Riau. Sejak tak lagi menjabat sebagai bupati pada 2005, ia mengisi kesibukan dengan mengembangkan usaha di bidang agrobisnis dan peternakan kambing. Di lahan seluas 130 hektare, Ia berternak kambing, membuat tambak ikan emas, perkebunan sawit, pertanian, pembibitan tanaman dan sebagiannya lagi digunakan untuk sarana rekreasi. "Lahan ini sudah saya beli sejak tahun 1990. Tapi terbengkalai. Baru sejak beberapa tahun lalu, saya mempunyai waktu luang untuk mengelolahnya," cerita Jefri mengenai lahannya yang terdapat di Kubang, Kampar. Awalnya, lahan tersebut merupakan rawa yang tak bisa dimanfaatkan. Ia kemudian berinisiatif untuk mengeringkannya, dengan membuka anak sungai. Hasilnya, seperti yang bisa dilihat, lahan tersebut bisa diberdayagunakan. "Sekarang penduduk sekitar pun bisa merasakan manfaatnya. Mereka yang dahulunya hanya duduk di rumah, sekarang bisa bekerja disini. Sedikit banyaknya bisa membantu mengangkat perekonomian mereka," ujarnya mengenai lahannya yang pernah dikunjungi MenteriNegara Koperasi dan UKM Kabinet Indonesia Bersatu, Suryadharma Ali. Ia mengatakan lebih dari 100 orang terlibat dalam usaha yang digelutinya. Ditambah lagi saat ini, ia mulai merintis peternakan kambing yang kemudian di ekspor ke Malaysia. Dalam usaha peternakan kambing ini, ia mengajak masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani untuk bekerjasama dengan dirinya. Untuk modal awal dibutuhkan dana Rp50 juta untuk 10 ekor kambing. Dan dalam jangka waktu tiga bulan kambing tersebut bisa menghasilkan uang Rp11 juta. "Modal awal bisa didapatkan di Bank Riau, dengan menggunakan kredit lunak. Pihak peternakan sudah bekerjasama dengan Bank Riau. Tinggal sekarang, kemauan dari masyarakatnya," jelasnya. Ia mentargetkan setidaknya 200 kelompok tani atau sekitar 1.000kepala keluarga tergabung dalam peternakan ini. "Tahun depan, ditargetkan 10 ribu kepala keluarga. Jadi tak ada lagi masyarakat miskin di Kampar," katanya. Di Peternakan yang mempunyai nama Tiga Dara tersebut, setidaknya terdapat tiga jenis kambing yakni Kambing Ettawa, Kacang dan Jawa Randu. "Untuk kambing Kacang hanya digunakan untuk konsumsi lokal, sedangkan yang lainnya untuk diekspor. Dalam sepekan saja, penjualan Kambing Kacang bisa mencapai 200 ekor yang dibeli pedagang dari seluruh Riau," katanya. Mengapa ia tertarik mengembangkan peternakan kambing? Ia beralasan kebutuhan Malaysia setiap tahunnya mencapai 85.000 ekor. Namun, pihak Malaysia hanya bisa mencukupi sekitar 8 persen atau 6.000 ekor. "Dan sisanya diimpor dari Indonesia, yakni Jawa. Dalam pengirimannya harus melewati Medan yang akan menambah harga kambing, karena besarnya biaya transportasi. Mengapa peluang ini, tak bisa diambil Riau. Padahal Riau sangat dekat dengan Malaysia," terangnya. Ia sudah melakukan pengimporan sejak sebulan yang lalu, melalui pelabuhan Dumai. Tak hanya itu, ia juga berencana untuk membuat pengolahan susu kambing. Sedangkan untuk kotorannya digunakan sebagai bahan baku Biogas dan Pupuk Kandang. Rencananya biogas ini akan dialirkan sebagai pengganti listrik ke rumah penduduk. Begitu juga dengan sektor pertaniannya. Ia menanam Cabai, jagung dan sayur. Menurut dia, selama ini kebutuhan Riau akan sayur mayur berasal dari Sumbar. "Hal ini tak bisa diteruskan, karena akan membuat Riau bergantung ke Sumbar. Padahal Riau identik sebagai negeri kaya." "Pola pikir seperti itu yang harus dirubah. Riau negeri kaya Sumber Daya Alam (SDA), tapi miskin Sumber Daya Manusia (SDM). Buktinya saja kemiskinan masih berada di angka 8 persen dari 5 juta penduduk. Sampai kapan harus menutup mata," tukasnya.