Pekanbaru, 1/2 (ANTARA) - Sedikitnya 2.751 ekor unggas jenis ayam ras dan ayam bukan ras di Riau selama Januari 2010 mati terserang virus flu burung (avian influenza) jenis H5N1. Ribuan ayam yang mati itu tersebar di enam daerah di Riau, yakni Kabupaten Kampar sebanyak 1.995 ekor, Siak 391, Indragiri Hilir 234 ekor, Indragiri Hulu 128 ekor, dan selebihnya tersebar di Kuantan Sengingi, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hulu. "Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya maka terjadi peningkatan drastis, sebab pada Januari 2009 tercatat hanya 441 ekor uggas yang mati karena penyakit itu," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau, Patrianov, di Pekanbaru, Senin. Menurut dia, tingginya temuan unggas yang mati itu karena siklus musim penghujan di Riau yang bergeser mundur dan cenderung ekstrem mengakibatkan virus penyakit menular yang mematikan pada unggas dan manusia itu secara cepat menyebar. Kondisi itu juga diperparah dengan kondisi banjir akibat meluapnya air sungai yang melintasi pemukiman warga setempat dan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hewan peliharaan jenis unggas. "Di lapangan kami masih menemukan warga yang membuang begitu saja ayam yang mati ke sungai atau ke air yang tegenang karena banjir bukan dengan menguburnya sehingga virus itu cepat meluas," jelasnya. Padahal unggas di Riau telah terinfeksi virus flu burung sejak Desember 2005 dan pertama kali ditemukan di Kota Dumai, kemudian meluas ke daerah lain pada tahun 2007 sehingga pada akhir tahun itu seluruh daerah di Riau dinyatakan endemis avian influenza. Walau pemerintah setempat telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penularan penyakit itu baik terhadap unggas lain atau manusia, namun kesadaran warga setempat dinilai masih rendah. Seperti pada tahun 2009, hanya sekitar 17 persen dana dari APBD yang terserap sebagai biaya pengganti pemusnahan unggas yang dihargai Rp5.000-R15.000 per ekor, sedangkan sisanya Rp80 juta lagi dikembalikan ke APBD. "Warga lebih senang memotong ayam yang teserang flu burung, dibanding menjualnya dengan petugas untuk dimusnahkan sehingga orang yang memasaknya rentan terserang penyakit itu," ujarnya. Koordinator Unit Pengendali Penyakit Afian Influenza, Ali Saukhan, mengatakan, pihaknya melalui 83 orang petugas Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Flu Burung (PDSR) yang tersebar di daerah. "Kami melalui tim yang ada di daerah terus melakukan koordinasi dalam penganggulan dan pencegahan penyebaran flu burung terhadap unggas seperti melakukan io security dengan penyemprotan dan pemusnahan," ujarnya. Data pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad menyebutkan sepanjang Januari 2010 sedikitnya terdapat empat orang pasien yang diduga terserang flu burung yang menjalani perawatan. Tiga diantaranya berasal dari Indragiri Hulu yakni Anisa (4) yang kemudian dinyatakan negatif dan sembuh, kemudian Rafi bayi enam bulan yang dinyatakan negatif dan Julian bayi 3,5 tahun yang masih mejalani perawatan intensif, sedangkan Jufri (17) asal Pekanbaru yang dinyatakan negatif dan sembuh.
Berita Lainnya

Ratusan ekor ternak mati, karena positif terserang virus African Swine Fever
25 February 2020 10:05 WIB

Petani kaget, Sejumlah sapi di Kuansing mati terserang virus
01 July 2019 12:02 WIB

Brazil merasa khawatir vaksin flu burung akan ganggu aktivitas perdagangan
23 May 2023 10:23 WIB

Ratusan unggas di Kampar mati mendadak, ini tanggapan Kemenkes
12 March 2023 18:57 WIB

Kebun binatang Berlin tutup karena ditemukan kasus flu burung
19 November 2022 10:58 WIB

Wabah flu burung di Jepang, sebanyak 143.000 ekor ayam dimusnahkan
10 November 2021 14:50 WIB

Prancis musnahkan sekitar 600.000 unggas untuk cegah flu burung
06 January 2021 16:10 WIB

Kasus flu burung di Denmark, 25.000 ekor ayam dimusnahkan
17 November 2020 10:27 WIB