Kasus Kematian Ibu Akibat Pendarahan Di Riau Mencapai 28 Persen

id kasus kematian, ibu akibat, pendarahan di, riau mencapai, 28 persen

Kasus Kematian Ibu Akibat Pendarahan Di Riau Mencapai 28 Persen

Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat penyebab langsung dari kematian ibu yang tertinggi di daerah itu adalah faktor pendarahan saat kehamilan dan melahirkan, yang mencapai sebesar 28 persen.

"Penyebab kedua tertinggi AKI adalah hipertensi dalam kehamilan yang tercatat sebesar 24 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril di Pekanbaru, Senin.

Menurut dia, berikutnya infeksi sebesar 11 persen, abortus tidak aman lima persen, dan persalinan lama persen persen.

Ia mengatakan, kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan, diantaranya dalam memeriksakan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pertolongan pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai ke fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat (emergency).

"Salah satu upaya pencegahan atas keterlambatan penangannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang terdekat," katanya.

Andra mengatakan, sejumlah upaya yang harus dilakukan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu adalah dengan cara peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai.

Berikutnya, pertolongan persalinan yang bersih dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, serta pelayanan emergency kebidanan dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.

"Upaya lainnya dalam menurunkan kematian ibu, bayi dan balita, maka Dinas Kesehatan mengiatkan pemantauan pada kelompok beresiko pada kesehatan ibu dengan melakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) dan Autopsi Verbal kematian balita," katanya.

AMP adalah suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama melalui pembahasan kasus. Kegiatan ini melibatkan Dinas Kesehatan kabupaten dan kota, para pemberi pelayanan dasar (Puskesmas beserta jajarannya), dan Rumah Sakit kabupaten dan kota yang tergabung dalam satu tim.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau juga menggiatkan bimtek, supervisi, dan evakuali, melakukan penelitian dan pengembangan, serta mengalokasikan biaya untuk mendukung program kekerasan terhadap perempuan dengan memperkuat kerjasama dengan rumah sakit, mendukung terkait sarana dan prasarana medis dan non medis, membentuk jejaring sampai ketingkat Kecamatan. Puskesmas juga berkerjasama dengan TP-PKK.