Swasembada Pangan, Bupati Meranti Inginkan Sagu Jadi Program Pengembangan Nasional

id swasembada pangan, bupati meranti, inginkan sagu, jadi program, pengembangan nasional

Swasembada Pangan, Bupati Meranti Inginkan Sagu Jadi Program Pengembangan Nasional

Pekanbaru (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, terus berupaya mengangkat potensi sagu setempat menjadi program pengembangan nasional guna mensukseskan swasembada pangan.

"Kami minta pemerintah pusat jangan hanya fokus pada padi, jagung dan kedele, tetapi bisa juga ditambah sagu (PAJALEGU)," kata Bupati Kepulauan Meranti H Irwan di Meranti, Kamis.

Irwan menjelaskan sagu baru-baru ini melalui cipta ratusan menu makanan berhasil meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Juga telah dibahas dalam acara Semiloka Sagu di acara Peneliti dan Praktisi Sagu Se-Indonesia, bertempat di Pusat penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/11).

"Sehingga dengan demikian sudah sepantasnya dapat disusun sebuah kebijakan secara kelembagaan dan jaringan kerjasama guna mempercepat pengembangan sagu sebagai bahan pangan dan bio-energi berwawasan lingkungan," terang H Irwan.

Ia menyebutkan pengembangan pangan Nasional penting dengan pemanfaatan tanaman sagu bagi sektor pangan, Industri serta energi oleh berbagai pihak.

Terlebih lagi diversitas genetik sagu yang terlengkap berada di Indonesia, sehingga potensi besar tanaman ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya mewujudkan ketahanan pangan dan energi.

Ia bercerita sejak dikenalnya tanaman sagu baik lokal maupun tingkat Nasional, banyak pihak mulai tertarik untuk mengembangkannya. Khusus Kabupaten Kepulauan Meranti, telah sejak lama memanfaatkan tanaman ini sebagai bahan pangan pokok dan sumber pendapatan masyarakat.

"Pemkab menginginkan pemanfaatan dan pengembangan Sagu bukan hanya ada di Meranti tetapi dapat dilakukan secara Nasional," tegas dia.

H. Irwan juga mengusulkan kepada pemerintah pusat khususnya Kementerian Pertanian untuk memasukkan sagu kedalam program pengembangan pangan Nasional dalam upaya mewujudkan ketahanan.

Sejauh ini Kementerian Pertanian seperti dikatakan Irwan. hanya fokus pada tiga pangan pokok yakni Padi, Jagung dan Kedelai dan Sagu belum termasuk didalamnya.

"Kita hanya meminta ada Goodwill dari pemerintah sendiri untuk mendorong pengembangan komoditas pokok ini. Jika hal itu tidak ada maka mustahil sagu dapat dikembangkan," katanya miris.

Bupati Meranti menilai sagu masih dianaktirikan oleh pemerintah.

"Potensi sagu jelas masih dianaktirikan, padahal ini peluang masa depan pangan Nasional. Kami yakin ini mampu menjadi cadangan pangan kedepan menuju kedaulatan pangan," terang H. Irwan.

Masih menurut Bupati Meranti ada kontradiksi kebijakan di tingkat pusat, terkait upaya penanggulangan kebakaran di lahan gambut. Dimana sagu sebagai tanaman surga yang mampu menjaga kadar air dilahan gambut belum dimasukkan kedalam program Pajale.

"Kita melihat kebijakan pusat dalam upaya mengatasi kebakaran di lahan gambut masih kontradiksi, dimana sagu dinilai mampu mengendalikan kadar air disitu pula tanam ini tidak dimasukkan dalam Pajale," jelas Irwan lagi.

Ia juga menyarankan agar arah kebijakan dari pemerintah pusat fokus pada pengadaan Industri Hilir sagu. Hal itu menimbang semakin rendahnya harga sagu di pasaran, padahal wilayah tersebut sebagai salah satu daerah penghasil terbesar di Indonesia.

"Jika tidak maka akan berimplikasi pada semakin rendahnya harga Sagu padahal kita terus mendorong pengembangannya," ungkap Irwan.

Terakhir Bupati juga berharap, sangsi kepada PT. National Sago Prima (NSP) yang terindikasi tak mampu menjaga lahan konsesinya dari kebakaran dihapuskan. Hal itu menimbang tidak banyaknya perusahaan yang mau berinvestasi di Sagu.

"Kita tidak ingin ada kekhawatiran dari para investor, karena perusahaan yang mau berinvestasi Sagu tidak banyak," tegasnya.

Ditempat berbeda salah satu pembicara dalam Semiloka tersebut Prof. Dr Bintoro menjelaskan untuk kemajuan Indonesia pemerintah susah mati-matian mencapai swasembada beras namun hingga 2014 belum terlalu berhasil.

Jika terus dibiarkan maka negara bisa kolaps karena tidak berhasil mewujudkan kedaulatan pangan. Saat ini Indonesia terkenal sebagai negara pengimpor mulai dari pengimpor terbesar gula, minyak bumi, dan lainnya.

Tapi jika potensi sagu mampu dikelola dengan baik maka semua itu mampu ditutupi.

"Sagu bisa menjadi solusi pembuatan gula. Satu kilo ampas sagu bisa menghasilkan setengah liter gula cair. Ini bisa dilakukan dalam rangka swasembada gula dimana kita memiliki 1.5 Juta Hektare lebih perkebunan sagu yang tersebar dari Papua, Papua Barat dan Kabupaten Meranti Riau," jelasnya.

Dikatakan Prof Dr Bintoro glukosa yang dihasilkan sagu sangat aman dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi.

"Glukosa dari sagu baik untuk kesehatan. Harusnya banyak investor melirik kesini karena sangat menjanjikan selain itu ekonomi rakyat bisa terangkat dan daerah tertinggal bisa menjadi tidak tertinggal, jika potensi sagu digali dengan baik," ujarnya mengakhiri.