Diskes Inhil: 3 Kasus Gizi Buruk, 1 Usianya 11 Tahun

id diskes, inhil 3, kasus gizi, buruk 1, usianya 11 tahun

 Diskes Inhil: 3 Kasus Gizi Buruk, 1 Usianya 11 Tahun

Tembilahan, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, menemukan tiga kasus balita penderita gizi buruk.

"Tiga kasus gizi buruk ini ditemukan di Kelurahan Sapat, kemudian Kecamatan Enok dan Tembilahan Hulu, sedangkan pada 2015, balita penderita gizi buruk mencapai 60 kasus, dan semuanya mendapatkan perawatan," kata Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Berencana dan Gizi Diskes Kabupaten Indragiri Hilir Siti Munjiarni kepada Antara di Tembilahan, Jumat.

Dia menyampaikan bahwa kasus penderita gizi buruk yang ditemukan ini rata-rata merupakan balita yang berusia 1 hingga 5 tahun, namun pada 2016 Diskes setempat menemukan kasus gizi buruk pada anak yang berusia 11 tahun.

"Oleh sebab itu, kami berharap ada kerja sama antara Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan Puskesmas untuk memantau kesehatan siswa," ucapnya.

Selanjutnya, katanya, jika terdapat siswa yang sakit lebih dari tiga hari sebaiknya cari informasi dan bila terjadi masalah kesehatan segera laporkan kepada penanggung jawab program UKS. Kemudian bawa anak itu ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan kesehatan agar tidak mengarah pada kasus gizi buruk yang dapat berujung pada kematian.

"Selain itu, diharapkan juga melalui camat, lurah dan kades untuk melakukan pendataan penduduk sekaligus memantau kesehatannya serta memberikan informasi kepada petugas kesehatan agar dilakukan kunjungan kerumah untuk memeriksakan kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan sasaran kesehatan," ucapnya.

Kemudian dia mengharapkan adanya peningkatan kegiatan di Posyandu melalui penimbangan untuk mengetahui status gizi balita, pemeriksaan ibu hamil, pemberian imunisasi pada ibu dan bayi, pengobatan dasar serta penyuluhan kesehatan.

"Penanganan kasus gizi buruk ini harus melalui lintas sektor, kemudian masyarakat pun diharapkan untuk lebih banyak melakukan komunikasi dengan petugas medis di Puskesmas maupun pada pusat layanan kesehatan lainnya," katanya.

Menurut dia Beberapa indikator terjadinya kasus gizi buruk ini adalah akibat kurangnya perhatian keluarga terhadap kebutuhan gizi balita dan hal itu juga disebabkan karena faktor sosial ekonomi dan kemiskinan.

"Pemicu utama terjadinya kasus gizi buruk ini diantaranya adalah kemiskinan. Masyarakat yang miskin tentu sangat terbatas dalam mengonsumsi makanan yang bernilai gizi," katanya.

Dia berharap kedepan, tingkat kasus gizi buruk pada balita di Inhil dapat diminimalisir dari sebelumnya. Selain itu dia juga berharap agar berbagai kegiatan di desa dapat melibatkan tenaga kesehatan.

"Berbagai kegiatan seperti pengajian ataupun arisan sebaiknya dapat mengundang tenaga kesehatan untuk memberikan berbagai informasi mengenai kesehatan," ujarnya.

(ADV)