Pekanbaru, (Antarariau.com) - Tingkat konsumsi daging bagi masyarakat Kota Pekanbaru, terus meningkat. Sementara ibu kota Provinsi Riau tersebut masih bergantung dengan pasokan sapi daerah tetangga.
Data Dinas Pertanian dan PeternakanKota Pekanbaru mencatat saat ini kebutuhan daging di Kota Pekanbaru mencapai 50 ekor hingga 60 ekor perhari baik sapi, kambing, kerbau dan lainya.
"Kalau untuk kebutuhan daging sapi jenis brahmana cross per hari mencapai 150-200 kg atau setara dengan 20-25 ekor sapi, sedangkan untuk konsumsi daging kambing berkisar 15-20 ekor per hari dan untuk konsumsi daging babi mencapai 10-15 ekor per hari," ungkap Kadistanak Elsyabrina.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khusunya daging sapi masih didatangkan dari daerah lain seperti Provinsi Lampung dan Sumatera Utara karena produksi Kota Pekanbaru hanya memenuhi 20 persen, 80 persen masih didatangkan dari luar Pekanbaru.
Padahal selama 2015 peternak setempatmenerima bantuan bibit sapi sebanyak 369 ekor dari pemerintah pusat.
"Bibitnya ada dua jenis yakni sapi pedaging dan induk," kata Kadistanak Pekanbaru Elsyabrina.
Elsyabrina menyebutkan, usulan bantuan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak awal 2015 ke-Kementerian Pertanian. Namun pencairannya baru di penghujung tahun."Kami baru terima akhir 2015,"jelasnya.
Tujuannya sebut dia, jelas untuk menambah produksi daging sapi juga populasinya di Pekanbaru pada masa mendatang.
Selanjutnya juga meningkatkan perekonomian peternak sapi lokal nasih terkendala bibit.
Apalagi diketahui selama ini Pekanbaru selalu menjadi komsumer besar. Akibat produksi yang dihasilkan tidak mencukupi.
Elsyabrina merinci jumlah bibit sapiyang diperoleh sebanyak 369 ekor telah dibagikan langsung kepada kelompok tani Pekanbaru di 12 Kecamatan.
Tiap kelompok memperoleh jumlah yang bervariasi tergantung anggotanya. "Ada yang mendapat 30 ekor hingga 33 per kelompok," bebernya.
Penanganannya juga berbeda lanjutnya, tergantung keterampilan yang dimiliki dan diajarkan kepada kelompok selama ini. Artinya yang sudah biasa membudidaya akan diberi bibit indung. Sebaliknya yang penggemukan diberi sapi pedaging.
"Untuk induk petani juga mendapatkan sapi pejantannya," tutur Elsabrina lagi.
Pihaknya berharap petani saat memperoleh hasil tidak akan konsumtif, tetapi kembali membeli bibit baru untuk diternakan. Demikian bantuan ini akan terus bergulir hingga jumlahnya bertambah dan berkembang.
"Induk sapi atau sapi betina tidak boleh dipotong," tambahnya.