Balita Gibran Infeksi Paru Akibat Kabut Asap

id balita gibran, infeksi paru, akibat kabut asap

Balita Gibran Infeksi Paru Akibat Kabut Asap

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang bayi berusia 13 bulan bernama Gibran Doktora Deysra didiagnosa menderita radang paru karena terdapat infeksi di paru-paru sebelah kirinya akibat udara tercemar kabut asap kebakaran lahan dan hutan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

"Radang paru bukan sakit bawaan, tapi karena infeksi yang didapatkan. Kondisi badannya yang lemah dan dengan kondisi lingkungan yang tak mendukung, telah mempermudah terserang penyakit infeksi paru," kata dr.Susprawitasari,SpA kepada Antara di RS Santa Maria, Kota Pekanbaru, Selasa.

Balita Gibran merupakan anak ketiga dari pasangan suami-isteri Yusra Afdal Kahar dan Desy Eryanti, warga Jl. Garuda Sakti KM 3 Pekanbaru. Ia mengatakan balita malang ini mulai dirawat di RS Santa Maria sejak tanggal 27 September, dan tiba dengan kondisi sesak nafas, batuk serta tidak mau makan dan minum.

"Dari pemeriksaan kondisi fisik dan rontgen menunjukan pasien Gibran menderita radang paru, terdapat infeksi di paru-paru sebelah kirinya," kata dr. Susprawitasari.

Dokter spesialis anak itu mengatakan sakit yang diderita Gibran kuat dugaan akibat dari kabut asap yang mencemari udara di Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Kondisi imunitas balita memang sangat rentan dalam kondisi udara tercemar asap yang selama sebulan terakhir mencapai level "Berbahaya".

"Pada balita, sistem imune tubuhnya belum terbentuk dengan sempurna. Situasi asap memperburuk keadaanya," ujarnya.

Ia mengatakan, orang tua pasien Gibran sudah melakukan tindakan yang benar dengan mengevakuasi anaknya ke Kota Padang, Sumatera Barat, saat kondisi asap makin pekat di Pekanbaru pada tanggal 20 September. Menurut dia, saat itu Gibran tengah dalam kondisi demam dan batuk. Karena setelah empat hari keadaan Girbran tak kunjung membaik, orang tuanya membawa pulang anaknya ke Pekanbaru untuk berobat hingga ke dua lokasi untuk sebelum akhirnya ke RS Santa Maria.

Menurut dia, saat ini kondisi Gibran mulai membaik dalam ruang rawat inap RS Santa Maria. Alat bantu oksigen yang dipasang selama dua hari telah dilepas. Bocah malang itu juga sudah bisa tidur, serta mulai bisa makan dan minum meski masih sedikit.

"Kondisi Gibran masih bisa pulih seperti biasa, tapi kalau ini sampai telat mendapat penanganan medis maka dia bisa mengalami gagal nafas dan butuh penanganan khusus," katanya.

Ayah dari korban, Yusra Afdal Kahar, mengatakan sangat yakin bahwa sakit yang diderita anaknya adalah akibat kondisi kabut asap yang mencemari udara. "Saya yakin ini karena kabut asap, karena saya bukan perokok tapi anak saya bisa sakit di paru-parunya," kata Yusra.

Ia mengatakan, anak keduanya juga sempat menderita demam akibat kondisi udara yang buruk, namun kini sudah membaik. Keluarga tersebut berharap anak ketiganya bisa sembuh total, dan begitu bisa keluar dari rumah sakit dirinya berencana untuk mengevakuasi keluarganya jauh dari lokasi yang terkena dampak asap.

Sebabnya, ketika dirinya mengevakuasi anak-anaknya ke Sumatera Barat ternyata daerah itu juga dilanda kabut asap, meski tidak terlalu buruk karena masih ada turun hujan. "Kalau anak saya sembuh, saya akan bawa mereka keluar dari Sumatera," katanya.

Yusra juga mengaku kecewa dengan lambannya pemerintah menangani masalah kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang terus mendera Riau setiap tahun. Meski begitu, ia mengaku tidak butuh dikasihani oleh para pejabat dan hingga kini biaya pengobatan anaknya di RS Santa Maria ditanggung oleh pihak keluarga sendiri.

"Kalau pun ada wali kota datang kemari saya akan tolak. Buat apa wali kota datang hanya melihat anak saya, lebih baik dia mengurus di luar sana untuk tangani asap yang makin parah," tegas Yusra.