Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau menggunakan alat khusus yang dinamakan Karhutla Monitoring System (KMS) untuk memantau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang di berbagai kabupaten/kota pada musim kemarau ini.
"KMS yang pertama di Indonesia ini berguna untuk memantau titik api di seluruh kabupaten/kota sehingga akan lebih cepat mendeteksi sekaligus mencegah terjadinya karhutla," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Yulwiriati Moesa melalui telepon kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa KMS sudah mulai dipasang pada 16 November 2014 di ibu kota provinsi dan selanjutnya juga akan dipasang di seluruh wilayah kabupaten/kota.
Sampai saat ini, katanya, Riau merupakan satu-satunya provinsi yang memiliki KMS sekaligus sebagai percontohan secara nasional.
"Nanti KMS ini juga akan dipasang di kantor-kantor bupati dan wali kota di Riau. Dengan demikian, tidak ada alasan kabut asap untuk kembali datang menyelimuti Riau," katanya.
Ia mengatakan BLH Riau juga akan terus berkoordinasi dengan seluruh kepala daerah berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan serta bagaimana mengantisipasnya.
Kemudian, lanjut dia, bagi siapa saja, termasuk perusahaan yang terbukti melakukan pembakaran lahan, pihaknya akan menegurnya langsung dan memberikan peringatan keras.
"Jika tidak ada tindakan cepat dari perusahaan itu, maka sanksi berat akan menyusul," katanya.
Untuk saat ini, lanjut dia, pihaknya masih akan melihat kemampuan KMS itu.
"Untuk saat ini, KMS yang terppasang di ibu kota provinsi baru tiga unit, satu di Kantor BLH, kemudian di Dinas Kehutanan serta satu lagi di Kantor Gubernur," katanya.
Kedepannya, lanjut dia, KMS juga akan ada di seluruh wilayah kabupaten/kota, khususnya di daerah yang rutin terjadi karhutla seperti Rokan Hilir, Meranti, dan Bengkalis.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan terdapat sebanyak 21 titik panas (hotspot) yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau. Itu merupakan hasil pencitraan Satelit Terra dan Aqua pada Kamis (15/1).
BMKG menyatakan Riau menjadi penyumbang "hotspot" terbanyak di Pulau Sumatera, karena pada saat yang sama di kawasan Sumatera terpantau ada 25 titik panas.
Titik panas itu paling banyak berada di Kabupaten Pelalawan yakni 10 titik, Bengkalis empat titik, Indragiri tiga titik, serta Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing dua titik.
Berita Lainnya
TNI Dan BLH Riau Gelar Program Desa Bebas Dari Api
29 September 2016 11:23 WIB
BLH Riau Serahkan Penghargaan PROPER KLHK pada RAPP
12 January 2016 19:36 WIB
BLH Riau Minta Perusahaan Verifikasi "Hotspot" Kebakaran
11 February 2015 19:19 WIB
BLH Riau Akan Rutin Audit Kepatuhan Perusahaan
05 December 2014 14:39 WIB
BLH Riau Akan Rutin Audit Kepatuhan Perusahaan
05 December 2014 14:38 WIB
BLH Riau Kaji Dampak Tumpahan Minyak Perusahaan
20 November 2014 21:15 WIB
BLH Riau Ambil Sampel Minyak Tumpah Dumai
18 November 2014 22:05 WIB
BLH Riau Ultimatum Chevron Tuntaskan Boioremediasi
23 October 2014 21:00 WIB