"Kita siap mendorong pengusaha setempat untuk mengolah biomassa yang bersumber dari limbah padat dan cair dari komoditas perkebunan sebagai sumber energi baru dan terbarukan,"
Pekanbaru, (Antarariau.com) - Provinsi Riau yang memiliki lahan kelapa sawit terluas di Indonesia siap mendorong pengolahan biomassa menjadi energi terbarukan atau bioenergi untuk mengatasi krisis listrik di provinsi itu.
"Kita siap mendorong pengusaha setempat untuk mengolah biomassa yang bersumber dari limbah padat dan cair dari komoditas perkebunan sebagai sumber energi baru dan terbarukan," ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Zulher di Pekanbaru, Rabu.
Menurut dia, bahan baku biomassa di Riau sangat berlimpah terutama dari hasil produksi minyak kelapa sawit (CPO) yang selalu dibuang karena dinilai merusak lingkungan.
Namun dengan diolahnya biomassa tersebut akan memunculkan agro industri yang ramah lingkungan guna menambah pendapatan daerah dan membantu program ketahanan energi nasional.
"Biomassa dari 187 pabrik kelapa sawit di Riau, setidaknya mampu menghasilkan daya listrik 187. Daya ini lebih besar dari PLT Koto Panjang yang berkapasitas sebesar 115 MW. Jadi seharusnya Riau bisa menjadi lumbung listrik," katanya.
Zulher mengatakan perusahaan perkebunan yang telah mengolah biomassa menjadi energi terbarukan hingga kini yaitu PT Perkebunan Nusantara V melalui Kebun Sektor Sei Tandun, PT Musim Mas Group dan masih terdapat sekitar 180-an perusahaan perkebunann yang belum mengolahnya.
Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau mencatat luas areal perkebunan kelapa sawit di daerah tersebut mencapai 2.372.401 hektare yang terdiri atas milik rakyat 1.315.230 hektare atau 55,4 persen, milik swasta 977.625 hektare atau 41,2 persen dan miliki pemerintah 79.546 hektare atau 3,4 persen.
"Pada setiap pertemuan, kami selalu mendorong perusahaan untuk mengolah limbah yang mereka miliki menjadi bioenergi. Kami optimistis hal tersebut akan berhasil," ucapnya.
Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Dirjen Perkebunan Bambang Sadjuga sehari sebelumnya menyebutkan bahwa bioenergi terbarukan secara nasional baru mencapai 3,94 juta ton per tahun dan pihatnya terus mendukung pengolahan biomassa menjadi energi baru dan terbarukan di Tanah Air.
"Jumlah ini masih jauh dari target pemerintah untuk menghasilkan bioenergi, sehingga bahan baku yang kita hasilkan tersebut diolah di dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan nasional baik di bidang ketahanan energi maupun pangan," katanya.
Selama ini, katanya, biomassa maupun minyak sawit mentah sedang mengalami hambatan dalam pemasaran di pasar global. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila bahan baku yang di ekspor Indonesia bisa dialihkan ke dalam negeri untuk menjadi bioenergi dan kebutuhan pangan.
"Jika feasibility nya tercapai, maka investor akan datang dengan sendirinya," ucap dia.