Jakarta (ANTARA) - Pemilihan target oleh Amerika Serikat (AS) dalam serangan udara baru-baru ini di Yaman, yang disebut-sebut didasarkan pada sumber-sumber yang tidak dapat diandalkan dinilai dapat "menimbulkan kekhawatiran serius perihal praktik intelijen," ungkap seorang analis keamanan Yaman kepada Xinhua belum lama ini.
Analis itu, sebagaimana dinyatakan Xinhua yang dikutip di Jakarta, Selasa, mengomentari satu laporan yang dipublikasikan oleh media Iran Press TV pada Rabu (30/4), yang mengatakan, militer AS telah menggunakan data OSINT amatir yang dibagikan pengguna media sosial dalam platform-platform virtual, terutama X, untuk menyerang fasilitas-fasilitas sipil di Yaman, yang secara keliru mengidentifikasinya sebagai target militer.
Laporan itu menyatakan, menyusul serangan AS pada Senin (28/4) di dekat ibu kota Yaman, muncul unggahan-unggahan media sosial yang menyatakan Komando Pusat (Central Command/CENTCOM) AS mengandalkan penaksiran yang kurang akurat untuk memilih target di Yaman.
CENTCOM belum memberikan komentar perihal metode pengumpulan data intelijen spesifik yang digunakan dalam operasinya di Yaman.
Pada 15 Maret, AS kembali melancarkan serangan udara terhadap berbagai posisi Houthi di Yaman, yang menurut AS dimaksudkan untuk menekan Houthi agar tidak menyerang kapal-kapal Israel dan AS di laut Merah dan Arab.
Baca juga: PBB sangat khawatir atas dampak serangan udara Amerika Serikat di pelabuhan Yaman
Baca juga: Amerika Serikat serang Yaman, jumlah korban jiwa bertambah jadi 31 orang