Indonesia agresif perluas pasar ekspor ke Kanada, Uni Eropa, hingga Peru

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, ekspor

Indonesia agresif perluas pasar ekspor ke Kanada, Uni Eropa, hingga Peru

Tangkapan layar - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang digelar oleh CSIS Indonesia, dipantau dari Jakarta, Kamis (10/4/2025). (ANTARA/Putu Indah Savitri)

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan bahwa Indonesia secara agresif melakukan diversifikasi pasar atau memperluas jangkauan ekspornya ke Kanada, Uni Eropa, Iran, Jepang, dan Peru.

“Kelima negara tujuan tersebut memainkan peran vital untuk memperluas akses pasar baru bagi Indonesia,” ucap Dyah dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang digelar oleh CSIS Indonesia, dipantau dari Jakarta, Kamis.

Agresivitas tersebut ditandai oleh finalisasi kesepakatan perdagangan bebas oleh Indonesia, yakni Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA); Indonesia-Peru CEPA; Indonesia-EU CEPA; Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA); dan Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (II-PTA).

Perluasan pasar ke Kanada dilatarbelakangi oleh meningkatnya permintaan terhadap produk yang bersertifikat halal, makanan hasil laut, agrikultur, hingga tekstil.

Terkait kerja sama perdagangan dengan Peru, Indonesia melihatnya sebagai pintu masuk untuk mengakses pasar Amerika Latin. Di kawasan tersebut, kata Dyah, Indonesia bisa memperluas ekspor di sektor kelapa sawit, karet, farmasi, makanan olahan, tekstil, dan lain-lainnya.

“Tak kalah penting, juga ada Indonesia-EU CEPA. Ini kerja sama perdagangan yang paling ambisius,” kata Dyah.

Dengan proyeksi PDB sebesar 18,6 triliun dolar AS, Uni Eropa merupakan salah satu pasar konsumen paling maju di dunia. Melalui kerja sama tersebut, Indonesia ingin memperluas ekspor furnitur, tekstil, teknologi energi terbarukan, dan produk ekonomi hijau.

Untuk perdagangan di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menjalin kemitraan ekonomi dengan Jepang. Ekonomi Jepang, tuturnya, masih bergantung dengan impor bahan baku dan barang setengah jadi.

“Ini menjadi peluang yang ingin kami eksplor lebih jauh,” ucapnya.

Kemudian, ihwal kerja sama dengan Iran, Dyah menyampaikan negara tersebut menunjukkan permintaan yang kuat terhadap produk halal asal Indonesia, terlepas dari sanksi yang sedang berlangsung.

Menurut Dyah, melalui kerja sama dengan Iran, pemerintah ingin memastikan adanya pengurangan hambatan tarif yang menciptakan kemudahan berbisnis di kawasan Timur Tengah.

“Indonesia-Iran PTA menawarkan akses ke pasar yang kompleks namun menjanjikan,” ucap Dyah.

Dyah menjelaskan bahwa perluasan pasar tersebut telah lama menjadi strategi Indonesia, bahkan sebelum Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Diversifikasi pasar tersebut, tutur Dyah, merupakan strategi Indonesia untuk memperluas akses pasar, meningkatkan ketahanan perdagangan, dan menjadi stimulasi untuk penciptaan lapangan kerja.

“Jadi, bukan merespons tarif dari AS, melainkan sudah direncanakan jauh sebelum isu itu bergulir,” kata Dyah.

Baca juga: Wamendag Jerry Sambuaga sebut Kuwait jadi pasar ekspor potensial bagi Indonesia

Baca juga: Dubes Lutfi Rauf sebut Mesir masih jadi pasar utama ekspor produk kopi Indonesia