Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa rencana impor gula kristal mentah (GKM) atau raw sugar sebagai langkah dalam penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP) terutama mengantisipasi fluktuasi harga gula konsumsi menjelang Ramadhan dan Lebaran 2025.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa langkah pengadaan gula kristal mentah dari luar Indonesia, diambil dengan menjamin tidak memberikan dampak ke petani, terutama saat panen.
"Kita bicara untuk peningkatan CPP, karena CPP gula ini perlu. Tadi harga gula dilaporkan BPS, harganya mulai bergerak naik. Kontribusi inflasinya 1,4 persen, sehingga kita semua memerlukan tambahan berupa raw sugar yang nanti akan diproses untuk CPP," kata Arief saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Dia menyampaikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai minggu pertama Februari 2025, terjadi penambahan jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir.
Pada minggu ketiga Januari terdapat 118 kabupaten/kota. Dari itu, jumlahnya semakin bertambah menjadi 153 kabupaten/kota di minggu kelima Januari.
"Jadi, importasi bukan dalam bentuk GKP (gula kristal putih), tidak langsung begitu. Yang jadi catatan adalah importasi yang dilakukan ini hanya untuk CPP. Kita mau menaikkan stok level yang dipegang pemerintah," ujarnya.
Dia menegaskan rencana impor tersebut bukan karena kekurangan produksi di dalam negeri.
"Karena, kita masih cukup sekitar 4 sampai 5 bulan. Namun, kita tidak boleh ambil risiko untuk CPP," tegas Arief.
Stok CPP dalam bentuk gula pasir per 12 Februari total ada 34 ribu ton. Stok tersebut dikelola oleh ID FOOD sejumlah 22 ribu ton dan Perum Bulog sebanyak 12 ribu ton.
Jika dibandingkan dengan rerata kebutuhan konsumsi bulanan yang 235 ribu ton per bulan, maka stok CPP gula berada di kisaran ketercukupan 14,47 persen.
Menurutnya, hal yang harus dijamin adalah harga di tingkat petani, karena petani akan mulai panen di April, Mei, dan Juni 2025.
Kemudian, raw sugar akan murah biayanya pada saat gilingnya bersamaan dengan panen. Hal tersebut menjadi pertimbangan rencana dilakukan impor.
"Sekitar 200 ribu ton raw sugar, datangnya tahun ini secara bertahap. Tapi, jaminannya, jangan sampai petani harganya jatuh," ucap dia.
Berdasarkan proyeksi neraca gula konsumsi yang diolah Bapanas update per 21 Januari, diestimasikan kebutuhan konsumsi bulanan di Maret 2025 akan meningkat karena berbarengan dengan momentum Ramadhan.
Pada Maret nanti, proyeksi kebutuhan konsumsi akan meningkat 13,39 persen atau menjadi 251,8 ribu ton dibandingkan Februari yang 222 ribu ton.
Sementara, estimasi produksi GKP akan mulai meningkat pada Mei 2025 di kisaran sejumlah 166 ribu ton.
Lalu, Juni di 392 ribu ton dan Juli di 555 ribu ton. Proyeksi puncak panen raya GKP diperkirakan akan terjadi pada Agustus di 621 ribu ton. Dari itu, total kebutuhan konsumsi tahunan diproyeksikan mencapai 2,841 juta ton.
"Jumlah 200 ribu ton raw sugar itu di bawah kebutuhan konsumsi sebulan. Kita coba sesuaikan karena kita juga harus tahu harga gula dunia dan currency rate, itu jadi pertimbangan. Tetapi yang jelas pemerintah harus punya cadangan pangan dan itu harus dikuasai oleh BUMN," jelasnya.
Lebih lanjut, Arief menyebutkan bahwa berdasarkan data Food Price Index dari Food and Agriculture Organization (FAO), harga gula di pasar internasional pada Januari 2025 sedang mengalami penurunan 6,8 persen menjadi 111,2 dibandingkan indeks Desember 2024 yang 119,3.
Sementara, secara tahunan mengalami penurunan hingga 18,5 persen dibandingkan Januari 2024 yang berada di indeks 136,4.
Ia menambahkan dalam penugasan nanti pihaknya akan bersurat kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan akan mendiskusikan mengenai hal tersebut.
"Tapi, yang jelas hari ini stok gula kita cukup. Lalu, berapa stok yang dikuasai oleh pemerintah itu menjadi penting, supaya pemerintah bisa leluasa intervensi," kata Arief.
Baca juga: Kepala Bapanas sebut program SPHP sasar tiga pangan pokok strategis di 2025
Baca juga: Beras premium tidak dikenakan PPN 12 persen