Ekonomi Jerman alami kontraksi selama 2 tahun secara beruntun pada 2024

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Jerman

Ekonomi Jerman alami kontraksi selama 2 tahun secara beruntun pada 2024

Orang-orang berbelanja di sebuah supermarket di Berlin, Jerman, 3 April 2024. (ANTARA/Xinhua/Ren Pengfei)

Berlin (ANTARA) - Perekonomian Jerman telah menyusut selama dua tahun beruntun pada 2024 yang meningkatkan kekhawatiran mengenai prospek pemulihan ekonomi terbesar di Eropa itu di tengah kesulitan yang terus berlanjut.

Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan harga untuk Jerman mengalami penurunan sebesar 0,2 persen, menurut laporan yang dirilis oleh Kantor Statistik Federal Jerman pada Rabu (15/1). Penurunan ini menyusul kontraksi 0,3 persen pada 2023, menandai kali pertama Jerman mencatat pertumbuhan negatif secara beruntun sejak awal tahun 2000-an.

"Tekanan siklus dan struktural menjadi hambatan bagi perkembangan ekonomi pada 2024," kata Presiden Kantor Statistik Federal Jerman Ruth Brand dalam sebuah konferensi pers.

Dia menyoroti tingginya biaya energi, ketidakpastian ekonomi, dan persaingan global yang semakin intens sebagai faktor utama yang menghambat pertumbuhan.

Volume industri terdampak cukup signifikan yakni menyusut sebesar 3 persen secara tahunan (year on year/yoy), yang dipicu oleh penurunan di sektor permesinan dan otomotif.

Penurunan ini terjadi setelah kontraksi 2 persen pada 2023. Di sisi lain, sektor jasa tetap mempertahankan pertumbuhan, dengan kenaikan sebesar 0,8 persen pada 2024. Tren ini dapat menimbulkan kekhawatiran bagi negara pemimpin industri itu.

Kepala Global Makro ING Research Carsten Brzeski menyampaikan pandangan pesimistis terhadap pemulihan substansial Jerman, seraya menyebutkan kondisi lemah yang masih berlanjut di sektor manufaktur.

Konsumsi pribadi, yang merupakan landasan bagi upaya pemulihan Jerman, hanya tumbuh sebesar 0,3 persen pada 2024. Hal itu memberikan sedikit dukungan bagi perekonomian secara keseluruhan.

Ekonomi yang berorientasi ekspor itu juga menghadapi tantangan yang semakin besar seiring surplus perdagangan menyusut pada 2024. Menurut data, ekspor mencatat penurunan sebesar 0,8 persen, yang dipimpin oleh penurunan di industri peralatan listrik, mesin, dan otomotif, sementara impor naik 0,2 persen.

Brzeski memperingatkan tentang potensi risiko yang berkaitan dengan kebijakan perdagangan restriktif dari presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, seperti tarif hukuman. Langkah-langkah seperti itu dapat semakin membebani ekspor Jerman dan memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengalihkan produksi ke AS, yang akan menambah tantangan bagi investasi dan pertumbuhan, tuturnya. Selesai