Pekanbaru (ANTARA) - Dunia penulisan saat ini sudah mulai dirasuki teknologi Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, tidak dipungkiri para jurnalis mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut guna menghasilkan berita, terlepas daripada hal itu dibenarkan atau tidak. Namun Fazar Marta Senior Editor Kompas mengatakan ini sudah jadi fenomenal di kalangan jurnalis.
"Memang kemunculan kecerdasan buatan itu tidak bisa terelakkan, bahkan sudah menderupsi, dimana salah satunya gaya jurnalis menulis yang hanya mengambil dari media sosial," kata Fazar Marta pada sejumlah jurnalis yang ikut pada capacity building BI di Solo, Jumat.
Dikatakan dia, kecerdasan buatan saat ini mau tak mau harus menjadi kawan bagi jurnalis. Namun sepenuhnya tidak bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan karya jurnalis, karena akan menghilangkan identitas seorang jurnalis itu sendiri dan tidak memiliki humanisme sehingga akan mengurangi kontak batin bagi pembacanya.
Dia mengatakan dunia jurnalisme tidak bisa memusnahkan kecerdasan buatan, yang ada bisa disikapi dengan tetap melakukan liputan ke lapangan agar hasil tulisannya berbeda dari produk kecerdasan buatan. Kata dia, jurnalis masih miliki peluang menghasilkan karya yang tidak sama dari kecerdasan buatan. Jika caranya pas justru jurnalis bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk meringankan beban kerja dan hasil maksimal.
"Akhirnya bagaimana kita berteman dengan kecerdasan buatan, caranyamedia itu harus kembali ke lapangan turun melakukan investigasi, menggambarkan kondisi sebenarnya, dan itu hal-hal yang belum bisa dimasuki kecerdasan buatan," katanya.
Lanjut dia, menulis artikel ekonomi yang dibutuhkan itu sulit, apalagi tulisan itu agar mudah dipahami masyarakat, maka seorang jurnalis perlu paham beberapa tips di antaranya, kalimat pendek dimana standarnya dalam satu kalimat itu ada 17 kata biar sekali baca langsung paham. Pilih kata-kata yang lazim, lugas dan hindari kata yang tidak perlu.
"Misalkan polisi mengamankan, harus lugas polisi menangkap. Pemerintah menyesuaikan harga, harusnya lugas langsung saja harga naik," ujarnya mencontohkan.
Jadi tips menulis berita ekonomi agar menarik mengubah kelemahan dan menjadi menarik. Ini beberapa prinsipnya, memberi perspektif, yakni memberikan makna pada kalimat sebagai pembanding baik dari waktu maupun ruang. Menjelaskan istilah singkatan, angka-angka untuk menggambarkan trendibuat grafik, memberi makna pada angka, mengaitkan dengan masyarakat umum dan sebagainya.
"Jurnalisme itu adalah perjalanan kaki dan itu tidak bisa ditiru oleh AI karena ada pesan dan humanisme," imbuhnya.
Sementara itu Deputi Kantor Perwakilan Wilayah (KPw) Bank IndonesiaProvinsi Riau Sudiro Pambudi saat membuka kegiatan capacity building BI Riau 2024 mengatakan, acara ini merupakan agenda tahunan yang digelar yang bertujuan menambah ilmu penulisberita ekonomi.
Ini dilakukan bagi wartawan untuk menambah kapasitas jurnalis menulis dan mengembangkan isu-isu di daerah, karena isu BI ada tiga yakni moneter, sistem pembayaran dan makro prudensial, ini bisa dikembangkan di daerah isunya untuk sampai ke masyarakat.
"Tolong jurnalis memperhatikan isu apa yang berkaitan dengan kebijakan BI dan perekonomian Riau sehingga bisa disampaikan ke masyarakat dengan bahasa yang dipahami," kata Sudiro.
"Yang terpenting penyampaian berita ekonomi yang dapat menenangkan masyarakat, sehingga masyarakat tidak semakin khawatir,” ujar Sudiro.