Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar mengatakan banyak keluarga penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) menganggap gangguan kesehatan itu merupakan aib, sehingga cenderung menyembunyikan penyakit kejiwaan yang masuk dalam 10 penyakit prioritas untuk disembuhkan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI.
"Ke-10 penyakit prioritas untuk disembuhkan itu adalah jantung, kanker, stroke, ginjal, diabetes mellitus, gastrohepatologi, maternal neonatal, tuberkulosis, infeksi emerging dan jiwa," kata Gubernur Riau Syamsuar dalam keterangannya di Pekanbaru, Minggu.
Menurut Gubernur Syamsuar masyarakat harus tahu bahwa penyakit jiwa itu ada di tengah masyarakat dan penderita berhak mendapatkan pelayanan pengobatan yang baik serta dapat dikembalikan ke kehidupan sosial mereka.
"Masyarakat tidak perlu lagi memberikan stigma negatif kepada penderita ODGJ," ucapnya.
Apalagi dengan ditetapkan oleh Kemenkes bahwa penyakit gangguan kesehatan jiwa masuk dalam 10 penyakit prioritas untuk disembuhkan
akan bisa bisa berkurang sehingga harus menjadi perhatian bersama.
Sementara itu berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tentang kondisi kesehatan jiwa penduduk di Indonesia (termasuk Riau) tercatat satu dari 10 orang mengalami gangguan emosional, 1 dari 16 orang mengalami depresi, 1 dari 500 orang mengalami gangguan jiwa berat.
Direktur RSJ Tampan drg. Sri Sadono Mulyanto menjelaskan bahwa data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tentang kondisi kesehatan jiwa tersebut merupakan data se-Indonesia termasuk Provinsi Riau.
"Keluarga harus pro aktif jika ada yang memiliki gangguan jiwa untuk tidak malu membawa ke pelayanan kesehatan Puskesmas berjenjang sampai ke RSJ. Jangan anggap sepele penyakit jiwa. Kalau ada yang memiliki gangguan jiwa maka jangan malu membawanya ke pelayanan kesehatan," katanya.
Selain itu Sri Sadono Mulyanto mengungkapkan bahwa pembulian (bullying) kepada masyarakat terutama anak-anak rentan mengalami depresi, gangguan cemas, gangguan tidur, penurunan rasa percaya diri dan lain lain.
Karena itu jangan anggap sepele dengan penyakit jiwa ini, anak korban bullying biasanya akan takut untuk pergi ke sekolah dan mengalami penurunan performa akademis.
"Pelaku bullying juga turut mengalami hal yang sama, rentan membolos, dihukum oleh sekolah, bahkan dikeluarkan dari sekolah. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, perundungan dapat berdampak pada kesehatan fisik dan emosional seseorang jangka pendek dan jangka panjang," katanya.
Selain itu korban dari bullying juga dapat mengalami cedera fisik, masalah sosial, masalah emosional bahkan meningkatkan risiko bunuh diri dan kematian. Korban bullying menjadi kurang percaya diri dan mengalami peningkatan risiko gangguan mental.
"Bullying sangat berbahaya, mari kita cegah bullying sebab akan membuat anak-anak depresi. Bagi orang dewasa jangan meletakan target yang tinggi, karena jika tidak tercapai akan depresi dan sebagainya. Lebih banyak bersyukur dan selalu mengingat Tuhan sehingga dalam menjalankan hidup ini penuh dengan kesabaran," katanya. (Adv)