Udara di Pekanbaru semakin memburuk pada Kamis (13/3), karena hadirnya kabut asap pekat yang menyelimuti ibu kota Riau dan berasal dari kebakaran gambut dalam yang dinamakan kebakaran hutan dan lahan di provinsi itu.
Jarak pandang di darat ketika berada di pusat kota menurun dratis, serta paling jauh mata memandang hanya berkisar antara sekitar 50 meter sampai 100 meter. Gedung-gedung bertingkat seperti menara Bank Riau-Kepri setinggi 15 lantai, tidak terlihat jelas.
Sayup-sayup dari kejauhan terlihat kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang menyalakan lampu kendaraan sembari melintasi jalan utama di kota itu dengan hati-hati karena khawatir terjadinya kecelakaan di jalan raya.
Mereka melaju dengan kecepatan yang relatif normal, sembari memperhatikan rambu-rambu lalu lintas di setiap pesimpangan jalan seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Soebrantas dan Jalan Gajah Mada.
"Ya sudah, nggak bisa lagi. Asap pun sudah terasa pahit di mulut dan pedih di mata. Saya selalu mengenakan masker, walau belum sesuai dengan standar kesehatan," kata pengendara sepeda motor, Topan (40).
Kondisi itu berlanjut keesokan hari atau Jumat (14/3). Seperti biasanya, mulai terjadi pada pagi hingga malam hari yang membuktikan masyarakat belum merasakan langsung penangganan serius terhadap dampak kebakaran di lahan gambut.
Padahal, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang terpampang di titi-titik tertentu pada pinggir jalan, menunjukan catatan berwarna merah dengan tulisan "BERBAHAYA!" dan kondisi itu mulai terjadi pada Ahad (9/3).
"Data status kualitas udara berbahaya ini sudah kami terima sejak Ahad," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, Zainal Arifin.
Selimut Asap Pekanbaru
Selimut kabut asap yang menutupi wilayah Kota Pekanbaru dan sekitarnya berasal dari kebakaran lahan gambut dalam di kawasan konservasi dunia Giam Siak Kecil-Bukit Batu yang berada di Kabupaten Bengkalis, Riau.
Pantauan satelit yang dilihat Wakil Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman bersama Danrem 031/Wira Bima Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto pada fasilitas yang dimiliki Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sumber asapnya tidak hanya berasal dari Riau.
"Asap juga berasal dari Malaysia yang dibawa angin menuju barat. Bahkan dari pantauan itu, kita lihat juga titik api banyak di Kamboja dan Vietnam," jelas wagub Riau saat hendak menuju pulang ke Pekanbaru.
Aktifitas di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru dinyatakan lumpuh akibat selimut kabut asap tebal, sehingga menganggu jarak pandang captain pilot dan keselamatan penerbangan sipil.
Seluruh maskapai penerbangan yang beroperasi di bandara tersebut tepaksa menyetop kegiatan operasi mulai pada hari Kamis (13/3), hingga Sabtu (15/3), sebagai akibat kabut asap tebal dari kebakaran lahan gambut di Riau.
Akhirnya Wagub Riau pun terpaksa kembali ke Pekanbaru dengan menempuh jalur darat karena seluruh maskapai penerbangan yang beroperasi di bandara itu menghentikan operasi, setelah terbang dari Jakarta-Padang.
"Saya sekarang sedang berada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan menunggu penerbangan ke Padang. Untuk selanjutnya melalui jalur darat menuju Pekanbaru," ucap Arsyadjuliandi.
Bandara Internasional Minangkabau Padang menjelma salah satu alternatif bagi warga Riau yang berada di Jakarta dan ingin melakukan perjalanan udara dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Kemudian ke Pekanbaru, lewat darat yang ditempuh 7 jam. "Ada juga yang pulang lewat Medan," katanya.
Bersama wagub Riau, turut mendampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto yang juga Kepala Satgas Penanggulangan Becana Asap Riau.
Bandara lumpuh
Ada sebanyak 16 maskapai penerbangan menghentikan seluruh rute penerbangan dari dan menuju Pekanbaru yang tergabung dalam Komite Operator Maskapai Penerbangan (Airlines Operator Comittee/AOC) Pekanbaru.
"Seluruh penerbangan dihentikan sampai tanggal 15 Maret. Ada kemungkinan diperpanjang, apabila kondisi asap tidak kunjung membaik," ucap Ketua AOC Pekanbaru, Ahmad Nixon.
Otoritas bandara setempat menyatakan operasional bandara tidak tutup, meski sejumlah perusahaan maskapai menghentikan sementara penerbangan. "Kita tetap melayani. Bandara tidak tutup," kata Pelaksana Tugas General Manager Bandara SSK II, Hasturman Yunus.
Sebelum maskapai menghentikan aktifitas penerbangan di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, pihak maskapai telah berulang kali membatalkan keberangkatan dari bandara asal dengan tunjuan Pekanbaru.
Terakhir pada Rabu (12/3), maskapai penerbangan membatalkan 64 penerbangan baik domestik maupun internasional dengan alasan jarak pandang yang terus turun dan dinilai dapat membayakan terpaksa keselamatan penumpang karena kabut asap tebal.
Maskapai pun rela menderita kerugian yang sangat besar demi keselamatan penumpang karena kabut asap pekat yang dinilai sangat menganggu jarak pandang captain pilot dan bisa menimbulkan kecelakaan penerbangan.
"Kalau rugi akibat kabut asap, pastinya rugilah. Tapi tidak bisa disebutkan satu persatu kerugian dalam bentuk apa aja serta besarnya," ujar Area Sales Manager Sumatera Bagian Tengah Lion Air, Novianti Masriani Harahap.
Cagar biosfer
Pemprov Riau pekan ini telah memperpanjang masa tanggap darurat 14 hari ke depan karena kebakaran di gambut di Riau terus meluas serta Tim Satgas Penggulangan Bencana Asap Riau masih bekerja dalam memadamkan titik api.
Status tanggap darurat di provinsi tersebut sebelumnya mulai diberlakukan pada 26 Februari hingga 12 Maret 2014 dengan harapan titik api yang terjadi diberbagai daerah bisa segera dipadamkan, namun harapan tak sesuai kenyataan.
Danlanud Roesmin Nurjadin yang juga menjabat sebagai Satgas Udara Penanggulangan Bencana Asap Riau Kolonel Pnb Andyawan awal bulan ini menyatakan, pemadaman lahan gambut difokuskan di kawasan konservasi dunia Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
Pemadaman titik api di lahan gambut dilakukan dengan mengerahkan lima helikopter untuk melakukan pengeboman air (water bombing) dari fasilitas milik perusahaan industri kertas yang beroperasi di Riau yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper dan Asia Pulp and Paper.
"Salah satu helikopter yang melakukan operasi pemadaman jenis Sikorsky dengan memiliki daya angkut lebih besar. Operasi water bombing untuk memadamkan 12 titik api dengan konsentrasi cagar biosfer," ucapnya.
Data Kementerian Kehutanan menyebutkan sekitar 3.000 hektare Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu terdiri dari 800 hektare zona inti serta 2.200 hektare zona transisi dan zona penyangga terbakar akibat aktivitas pembalakan liar.
Seperti diketahui, Sinar Mas sebagai inisiator dalam pembentukan kawasan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu 21.500 hektare yang ditetapkan sebagai cagar biosfer UNESCO di Korea Selatan 2009.
Perusahaan itu dianggap lalai dalam melindungi kawasan konservasi dunia Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Riau karena terjadi pembalakan liar serta kebakaran.
"Kalau perusahaan (Sinar Mas), saya kira semua punya tanggung jawab. Saya tidak bermasuk membela, melainkan sebagai akibat saja sebetulnya," kata Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut, Sonny Partono.
Seharusnya, perusahaan bisa mendeteksi melakukan pencegahan kebakaran di lahan gambut. "Pembalakan liar dan kebakaran, itu sudah diketahui. Justeru kemarin awalnya terjadi dari zona lain seperti penyangga milik masyarakat, tapi masuk ke bagian inti cagar biosfer kita," katanya.
Sinar Mas mengklaim tidak pernah lalai dalam menjaga kawasan konservasi dunia. "Jadi kalau dibilang kami dibilang lalai, kami tidak pernah lalai dan yang salah itu, ya perambah. Saya mau tanya, wilayah sebesar ini (cagar biosfer) siapa yang mau jaga?. Memangnya setiap meter harus dijagain orang," ujar Juru Bicara Sinar Mas Forestry, Nurul Huda.
Operasi Water Bombing
Operasi penanggulangan bencana asap Riau menggunakan pengeboman air (water bombing) digeser menjadi di Kota Dumai dengan target memadamkan api di lahan gambut dalam Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.
"Peralatan operasi kami geser ke Dumai untuk mensiasati arah angin yang membawa kabut asap dari cagar biosfer yang menutupi bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru," ujar Prihadi.
Lahan gambut dalam yang berada di kawasan konservasi dunia telah mejadi sumber masalah kabut asap pekat melanda wilayah Pekanbaru telah melumpuhkan aktivitas di Bandara Internasional Sultan Syaruf Syarif Kasim II.
Dengan dipindahkan alat operasi "water bombing" berupa delapan unit helikopter, maka operasi pemadaman yang dilakukan tidak lagi melawan arah angin. "Ibaratnya, operasi pemadaman cagar biosfer ini akan dilakukan dari arah punggung," katanya.
Dari delapan helikpopter, lanjutnya, dua diantaranya berukuran besar yakni jenis Sikorsky dan Commanche yang bisa membawa lima ton air sekali terbang. "Mudah-mudahan operasi yang kita lakukan bisa berhasil," katanya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif telah ditunjuk untuk lansung memimpin operasi penanggulangan bencana asap akibat terjadinya kebakaran di lahan gambut dalan.
Akankah Syamsul Maarif mampu memadamkan titik api kebakaran di lahan gambut dalam serta mengembalikan kualitas udara di Riau khusunya Pekanbaru?