Pekanbaru (ANTARA) - Badan Standarisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama ITTO serta partner, menyepakati untuk mulai bekerja dalam proteksi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dalam pertemuan Steering Committee Project ITTO yang bertema “Enhancing The Implementation of Landscape Management of Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve” di Bogor, Selasa (2/5).
Kepala Badan Standardisasi Instrumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSI KLHK) Ary Sudijanto menjelaskan Cagar Biosfer GSK yang memiliki luas 705.000 hektare itu merupakan rumah bagi flora dan fauna penting selain menjadi penyangga kehidupan manusia.
“Ada setidaknya 492 jenis fauna dan 198 jenis flora di Cagar Biosfer GSK dengan sebagian diantaranya termasuk dalam kategori Endangered Apendix I berdasarkan CITES,” kata Ary saat membuka pertemuan yang membahas pengelolaan Cagar Biosfer GSK.
Di antara satwa tersebut adalah harimau sumatera, gajah sumatera, beruang madu, trenggiling, burung rangkong, dan tapir sumatera. Sementara untuk tanaman, di Cagar Biosfer GSK banyak ditemukan jenis-jenis Dipterocarpa dan juga ramin, jelasnya.
Kawasan itu juga menyimpan cadangan karbon yang sangat besar, mencapai 44,3 juta ton setara CO2 untuk karbon di atas permukaan dan mencapai 1,71 miliar juta ton setara CO2 untuk karbon yang tersimpan di bawah permukaan gambut.
Ary mengingatkan, cadangan karbon di Cagar Biosfer GSK berperan penting dalam menjaga kestabilan iklim global dan menjadi penentu untuk pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
“Intervensi perlu dilakukan untuk mempertahankan kawasan Cagar Biosfer GSK,” tegas Ary.
Kawasan GSK sudah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Biosfer oleh Unesco pada 26 Mei 2009. Ancaman yang dihadapi oleh Cagar Biosfer GSK diantaranya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan perubahan habitat untuk kepentingan ekonomi lainnya.
Untuk mendukung pengelolaan Cagar Biosfer GSK, BSI KLHK melaksanakan proyek bertajuk “Enhancing The Implementation of Landscape Management of Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve”. BSI KLHK mendapat dukungan dari APP Sinar Mas sebagai Colaborating Agency. Proyek dari Organisasi Kayu Tropis Internasional (ITTO) itu juga mendapat dukungan pendanaan dari Republik Korea melalui Korea Forest Service (KFS).
Ary menyatakan, proyek tersebut diharapkan bisa mengembangkan standar pengelolaan cagar biosfer. “Jika standar pengelolaan yang diterapkan sukses, bisa direplikasi ke tempat lain,” ujar Ary.
Ary mengundang semua pemangku kepentingan untuk terlibat aktif dalam proyek yang akan dilaksanakan, termasuk APP Sinar Mas, Balai KSDAE Riau, hingga Dinas Kehutanan Riau.
Menurut dia, kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan akan mendukung tercapainya target pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK.
Dr Hwan OK Ma selakuProject Manager dari proyek tersebut menyatakan pihaknya sangat berharap proyek yang dilaksanakan akan mencapai keberhasilan dengan dukungan dari berbagai pihak.
Sementara perwakilan dari KFS Song Wonyoung mengingatkan pentingnya solusi berbasis alam untuk menghadapi tantangan yang dihadapi masyarakat seperti perubahan iklim. Itu sebabnya, pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK sangat penting.
Song Wonyoung juga mengatakan pihaknya antusias dengan proyek yang dilaksanakan akan akan melibatkan pihak swasta (APP Sinar Mas) untuk pengelolaan gambut berkelanjutan. Dia menuturkan, pihaknya juga melaksanakan proyek pengelolaan gambut berkelanjutan di Hutan Lindung Londerang Jambi.
Elim SritabaselakuChief Sustainability Officer - APP Sinar Mas (Collaborating Agency) menyatakan bahwa APP Sinar Mas berkomitmen mendukung pengelolaan dan perlindungan kawasan cagar biosphere GSK BB dalam upaya konservasi, pelestarian keanekaragaman hayati & penguatan fungsi kawasan. Implementasi dari komitmen tersebut adalah ikut menjaga dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di sekitar area cagar biosfer bersama sama dengan para pemangku kepentingan lainnya yg ikut terlibat bersama sama.
Dalam konklusinya Ary menambahkan bahwa perlu elaborasi lebih jauh terkait dengan akar persoalan penguasaan tenurial, pembentukan gugus tugas penanggungjawab setiap zona, pengembangan turisme, formulasi standar pengelolaan cagar biosfer serta kontribusinya terhadap FoLU Net Sink, mengidentifikasi pemain-pemain kunci, ukuran-ukuran perbaikan baik base line, targetnya, dampak intervensi proyek, serta promosi dan kampanye dalam media maupun iven-iven internasional. Hal tersebut perlu kolaborasi pengelolaan diantara semua pemangku kepentingan akan mendukung kelestarian kawasan kaya karbon Cagar Biosfer Giam Siak Kecil (GSK), Riau.
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB