Kisah sukses Kampung Patin bumikan ikan di Negeri Rawa Koto Mesjid

id kisah, sukses, kampung , patin, bumikan, ikan, di , koto, mesjid

Kisah sukses Kampung Patin bumikan ikan di Negeri Rawa Koto Mesjid

Abon ikan patin, berkat pembinaan PHR kini jadi salah satu produk hilirisasi ikan patin Kampung Patin, Koto Mesjid, Kampar yang sudah ekspor ke Malaysia, Pekanbaru, Sabtu(5/8/2023).ANTARA/Vera Lusiana. (vera lusiana)

Pekanbaru (ANTARA) - Mungkin sebahagian kita sudah tahu apa itu 'Graha Pratama Fish' yang terletak di Kampung Patin, Koto Mesjid, Kampar, Riau, yakni sebuah bisnis ikan patin yang terintergrasi (integrated fish farm) yang menyediakan produk ikan patin mulai dari pembibitan hingga hasil olahan.

Kampung Patin didaulat sukses dengan sistem itegrasinya lewat begitu banyak perjuangan masyarakat bahkan pihak swasta, pemerintah,dan perguruan tinggi.

Jika ingin berkunjung ke lokasi 'Graha Pratama Fish' harus melalui ratusan hamparan kolam ikan yang berjejer di kiri-kanan jalan, tidak salah jika Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar itu miliki jargon “satu rumah satu kolam”.

Hal itu yang dirasakan rombongan peserta lomba karya jurnalistik dalam ajang Pertamina Hulu Rokan News Award (PENA),dan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2023 saat berkunjung ke Kampung Patin di Desa Koto Mesjid Jumat,(23/6/2023).

Ketua Laboratorium Mutu Lingkungan Budidaya Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (Unri) DrSaberina HasibuanS.Pi, MT mengatakan Kampung Patin satu-satunya sentra ikan patin terintegrasi di Riau, dan terluas di sumatera, dengan areal kolam kini mencapai 160 hektare.

"Potensi ikan di Kampung Patin ini sangat bagus karena kultur tanah rawa yang tidak terlalu asam," katanya.

Saberina menyebut selain alam yang mumpuni, semangat juang masyarakat Kampung Patin sebagai entrepreneur juga mendukung terlebih ditopang oleh semua unsur baik pemerintah daerah, dan perusahaan dan perguruan tinggi.

"Saat ini Kampung Patin mampu menghasilkan panen hingga 15 ton ikan patin jenis Siam per harinya." Kata Saberina.

Sehingga perekonomian warga Koto Mesjid boleh dikatakan sudah sejahtera, dibandingkan sebelumnya. Kini perputaran uang di desa ini bila dihitung dari hasil panen ikan, mencapai sekitar Rp240 juta lebih per hari, dengan harga ikan patin per kilo gramnya Rp16.500 dan total panen 15 ton per hari.

Karena keberhasilan itu Kampung Patin berulang kali meraih penghargaan baik untuk tokohnya, desanya, bahkan mitra yang tergabung dalam pengembangannya.

Contohnya, Suhaimi Penyuluh perikanan swadaya berhasil mendapatkan lima penghargaan Nasional masing-masing, Tahun 2010 meraih Adi bakti Mina bahari, pembudidaya terbaik se-Indonesia tahun yang sama, 2011 meraih Asareword terbaik Se- Indonesia Persi Telkom, 2013 ISNMBA Eword terbaik Satu Indonesia, Tahun 2015 Piala Adibakti Mina Bahari Pusat Pelatihan Terbaik Se-Indonesia, 2019 dari Perikanan Propinsi.

Bukan saja Suhaimi, berkat kerja keras dan kerjasama dengan berkolaborasi seluruh stakeholder, pada tahun 2019 STP Riau berhasil meraih Juara I, untuk pendamping Desa Wisata Tingkat Nasional dari 114 Perguruan Tinggi Bidang Pariwisata yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia.

Pada tahun 2020 Desa Koto Mesjid berhasil meraih Juara II Apresiasi Desa Wisata Indonesia (ADWI), bidang kuliner dengan menampilkan kuliner ikan patin.

Pada tahun 2020 Desa Koto Mesjid mendapatkan sertifikasi SNI, Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainable (CHSE).

Pada tahun 2021 Desa Koto Mesjid mendapatkan sertifikasi SNI, sebagai desa wisata berkelanjutan.

Di tahun yang sama Desa Wisata Koto Mesjid, Kabupaten Kampar, Riau kembali meraih prestasi di ajang nasional. Desa yang dikenal dengan sebutan Kampung Patin itu meraih juara 2 Desa Wisata terbaik nasional, kategori suvenir.

Tidak itu saja, selaku CSR perusahaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) ikut meraih anugerah Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pembangunan Desa Berkelanjutan (PDB) Award 2022. Kategori Perak untuk dukungan terhadap program TJSL Desa Wisata Kampung Patin, Desa Koto Mesjid, di Kabupaten Kampar, Riau.

Bahkan saat ini Desa Koto Mesjid yang berada di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar menorehkan prestasi dengan lolos ke Tahap Klarifikasi Lapangan Lomba Desa dan Kelurahan (Lomdeskel) Tingkat Regional I Tahun 2023.

Dulu desa miskin

Kampung Patin dulunya hutan belantara yang letaknya di pinggir jalan nasional menghubungkan Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatra Barat, jaraknya 20 KM dari Bangkinang, serta 85 KM dari Pekanbaru. Penduduk setempat memiliki pekerjaan sebagai petani karet, dan hidup dari hasil hutan.

Sekitar tahun 1992 Desa Koto Mesjid menerima pemindahan penduduk sebanyak 592 Kepala Keluarga (KK) dari Pulau Gadang, karena desa mereka bakal ditenggelamkan untuk proyek nasional pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang.

Agussalim.J Kaur Desa Koto Mesjid Kec XIII Koto Kampar, Kampar, Riau mengatakan awalnya banyak warga Pulau Gadang enggan pindah karena mereka sudah hidup nyaman di kampungnya dari hasil kebun karet. Selain itu ada hasil hutan dan sungai berlimpah yang menjadi mata pencarian tambahan.

"Kami dipindahkan 1992, waktu itu saya tamat SMA, kami dipindahkan dengan janji akan diberikan rumah dan tanah seluas 2 hektare, yang sudah ditanam karet dengan usia tanam 4 tahun dengan catatan penerima yang sudah menikah," kata Agussalim.

Setelah masyarakat pindah harapan yang dijanjikan akan hidup lebih baik itu ternyata tidak serta merta terwujud, bahkan tahun 1995-1998 desa ini berada di ambang kemiskinan.

Penyebabnya, uang ganti rugi yang didapat masyarakat untuk pindah ke desa yang baru hampir habis. Sementara kebun karet yang didapat sebagai bagian ganti rugi belum menghasilkan.

Lalu tahun 1998 mulai muncul inisiatif masyarakat membuat beberapa kolam ikan di Koto Mesjid, aneka jenis ikan coba dibudidayakan seperti nila, lemak dan mas, lele, patin tetapi hasilnya tidak maksimal karena masih dikelola secara tradisional.

Sampai suatu hari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Marpoyan, Pekanbaru menugaskan seorang penyuluh Suhaimi, S.Pi., MMA ke Desa Koto Kampar.

Ia datang untuk mengajarkan teknologi budidaya perikanan ke kampung ini agar masyarakat yang pindah bisa betah dan nyaman di Kampung Patin dan tidak minta pindah lagi ke tempat asal.

"Awalnya masyarakat kesulitan dalam mengembangkan budidaya ikan, penyebabnya harga pakan dan benih yang mahal. Saya mulai penelitian pembenihan yang saya atasi dahulu karena itu masalah di Kampung Patin, berbekal ilmu sebagai sarjana perikanan maka tahun 1987 saya mencoba sewa lahan untuk pembenihan," katanya.

Tiga tahun kemudian ia berhasil mengembangkan bibit ikan patin siam, lalu mengajari masyarakat mulai dari persiapan kolam yang bagus, pemilihan bibit ikan yang unggul, perawatan ikan yang bagus, pengobatan ikan yang bagus, sehingga mayoritas kolam ikan Patin masyarakat Koto Mesjid sudah memiliki sertifikat.

Harga bibit ikan di sini juga jauh lebih murah dari bibit dan terjamin bersertifikasi ekselen yang dikeluarkan BSN. Bisa dibandingkan dengan daerah lain harga bibit di Koto Kampar hanya dibanderol Rp140 per ekor untuk usia 21 hari atau ukuran 1 inci.

Selain itu, masyarakat juga melayani pembelian bibit dalam bentuk larva, biasanya ini dilakukan oleh peternak lokal dengan harga Rp7 per ekor untuk larva usia 3 jam.

"Bibit ikan di Koto Kampar sudah menerapkan Cara Pembenihan Ikan Baik (CPIB) cara pembenihan ikan yang baik, kalau mereka tidak bersertifikat kita tak akan beli nanti saat panen," katanya.

Seiring waktu permintaan bibit terus meningkat mencapai 3,5 juta ekor ikan patin setiap bulannya yang dikelola 8 pengusaha benih ikan.

Panen berlimpah

Kini sekitar 60% lebih masyarakat Desa Koto Mesjid terlibat dalam usaha ikan patin sebagai pengusaha dan ada juga sebagai pekerja pada pembenihan, budidaya hingga usaha produksi hilir ikan patin, seperti bakso ikan patin, naget Ikan patin, kerupuk kulit ikan patin, dan beberapa produksi hilir ikan patin lainnya.

Senior Analyst Social Performance PHR WK Rokan, Winda Damelia menyebut PHR sudah berperan di Desa Koto Kampar sejak operator lama Chevron tahun 2019.

Dalam program pengembangan Desa Wisata Kampung Patin yang digagas SKK Migas – PT CPI,telah bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau melatih dan membimbing masyarakat untuk meningkatkan keterampilan di bidang pemandu wisata, identifikasi potensi objek wisata, penginapan (homestay), suvenir, dan kuliner.

Konsep yang dikembangkan adalah wisata berbasis komunitas,merupakan konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Program ini berupaya membangun keterampilan komunitas dan menjaga konservasi lingkungan.

Hasil dari program ini, antara lain, lahirnya dua objek wisata baru, yakni Goa Rambut Emas dan Sungai Gagak. Kemudian, produk olahan daging ikan patin di desa tersebut juga lebih dikembangkan menjadi fish burger, otak-otak, bakso goreng, siomay, tekwan, empek-empek, hingga kerupuk kulit patin.

Untuk sektor homestay di sekitar Desa Koto Mesjid, jumlahnya jadi meningkat menjadi 30 unit dibandingkan sebelumnya yang hanya sembilan unit. Masyarakat juga dilatih tentang standar homestay di Indonesia maupun protokol kesehatan lokasi wisata di tengah pandemi.

Sehingga program pelatihan dan pendampingan desa wisata di desa tersebut berhasil meraih peringkat terbaik dalam ajang yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2020.

Dengan berkembangnya industri penopang ikan patin tersebut maka mampu juga membuka lapangan kerja baru bisa dibayangkan lewat dengan 32 pabrik pakan itu akan mampu menyerap tenaga kerja 64 Kepala Keluarga.
Galeri UMKM merupakan tempat semua karya UMKM Kampung Patin, ini dibangun oleh PHR sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PHR bagi Desa Koto Mesjid, Kampar.(ANTARA/VeraLusiana)


Sentra olahan patin

Produksi ikan patin yang berlimpah mendorong masyarakat mencari cara untuk mengawetkan ikan patin dengan sistem pengasapan atau disebut salai. Di sentra ini terdapat 36 tungku penyalaian ikan yang tiap harinya membutuhkan 10-12 ton ikan segar sebagai bahan baku. Tak heran, sentra ini mampu memproduksi sekitar 3 ton ikan salai per hari atau 12 ton ikan salai bisa dihasilkan per minggu

Salah seorang pekerja pengasapan ikan Patin desa Koto Mesjid, Rezki (25) mengatakan, bahwa pabrik pengasapan ikan patin tempatnya bekerja membutuhkan bahan baku sebanyak 4 ton ikan patin segar setiap harinya.

Ia bekerja khusus mengasap ikan yang sudah terlebih dahulu dibersihkan. Dengan bayaran sistem borongan, sepekan ia mampu mendapat penghasilan sekitar Rp1,5 juta.

"Pekerjaan ini hanya butuh ketahanan fisik saat membalikkan ikan diantara panasnya tungku, namun gajinya juga setimpal sepekan saya mendapat Rp1,5 juta," kata Rezki.

Dari 4 ton ikan patin segar tersebut, bisa menghasilkan produksi ikan patin asap sekitar 700 kg. Sedangkan proses pengasapan ikan patin sendiri berlangsung selama 8 jam lalu siap dipasarkan.

"Saat ini, terdapat 8 rumah produksi pengasapan ikan patin di Desa Koto Mesjid," katanya.

Selain dirinya yang terlibat dalam proses pengasapan ikan, juga adai pekerja wanita yang bertugas membelah ikan . Mereka membersihkan ikan sesuai dengan aturan dengan tanpa bahan pengawet apapun lalu siap diasap.

"Untuk tenaga membersihkan ikan ini biasanya dilakukan kaum wanita, mereka diupah borongan juga dengan harga Rp400 per kilogram.

Sehingga dengan kemampuan yang mereka miliki kaum wanita ini bisa menerima upah Rp150 ribu per hari," katanya.

Seiring waktu maka hampir 95 persen ikan produksi Koto Mesjid diolah menjadi berbagai macam produk ikan patin, mulai dari ikan asap, bakso ikan, abon patin, naget ikan, kerupuk kulit ikan dan berbagai macam produksi hilir ikan patin lainnya.

"Hanya sekitar 5% ikan patin yang dijual sebagai ikan segar untuk memenuhi pasar-pasar sekitar." Katanya.

Dengan produk hilirisasi ikan patin tersebut, hasil produksi ikan Patin Koto Mesjid sudah menembus pasar daerah-daerah sekitar Provinsi Riau. Seperti daerah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Palembang, Jambi dan daerah Sumatera Barat.

"Desa Koto Mesjid juga mendapatkan sertifikasi Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) pada 2021 dan memperoleh Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Lembaga Sertifikasi Dewan Desa Wisata Berkelanjutan Indonesia,” katanya.

Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto mengatakan, PHR ikut mendorong peningkatan keterampilan masyarakat guna menumbuhkan ekonomi yang mandiri melalui pengembangan Desa Wisata di Kampar yang hasil olahannya bisa menembus pasar Internasional.

Dalam aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat,PHR menghadirkan gerai oleh-oleh, mengingat sebagian masyarakat telah memiliki produk UMKM skala rumah tangga, berkelompok maupun perorangan. Produk olahan ikan patin masyarakat desa ini banyak diminati oleh wisatawan jika berkunjung ke Kampar.

"Tidak sekadar menjadi tempat pemasaran produk, gerai oleh-oleh ini sekaligus menjadi tempat pembinaan ekonomi kreatif masyarakat sekitar. Masyarakat yang berdaya dalam hal ekonomi akan memberikan pengaruh besar bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan," kata Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto.

Kini UMKM binaan PT Pertamina Hulu Rokan itu semakin naik kelas dengan telah dimilikinya sertifikat halal yang diserahkan oleh lembaga sertifikasi Sucofindo, pada acara Forum Kapasitas Nasional (Forkapnas) Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Tahun 2023.

"Kita melihat data tersebut sebagai peluang bagi UMKM binaan PHR untuk maju di kancah dunia. Dan kami yakin UMKM lainnya bisa berkembang dan mendapat tempat di hati masyarakat luas,” kata Rudi Ariffianto.

95 persen ikan patin produksi Koto Mesjid diolah menjadi berbagai macam yakni ikan asap atau salai, bakso ikan, abon patin, naget ikan, kerupuk kulit , terbesar dijadikan ikan salai tampak seorang pekerja sedang melakukan pengasapan. (ANTARA/Vera Lusiana.)


Wujudkan UMKM naik kelas

PT Pertamina Hulu Rokan bagian dari Subholding Upstream Pertamina, memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di area operasi, selain bertugas memproduksi minyak dan gas bumi di Wilayah Kerja Rokan, Provinsi Riau.

Salah satu implementasi TJSL PHR adalah dukungan perusahaan terhadap pemberdayaan kelompok usaha dan wisata di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau guna mengangkat kesejahteraan masyarakat di desa itu.

Program pengembangan wisata berbasis komunitas di Desa Koto Mesjid, Kampar merupakan program yang digagas SKK Migas – PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). Wisata berbasis komunitas ini merupakan konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Program ini berupaya membangun keterampilan komunitas dan menjaga konservasi lingkungan.

“Masyarakat diharapkan semakin terampil dan mandiri dalam mengelola potensi desa mereka sebagai tujuan wisata dan diversifikasi produk ikan patin sebagai wisata kuliner unggulan di Riau,” kata Sukamto Tamrin GM Corporate Affairs Asset PT CPI, saat pembukaan program sosialisasi secara daring (online) bagi para perwakilan masyarakat Desa Koto Mesjid Senin (11/5/2020).

Hingga kini programnya terus berkembang salah satunya pengembangan wisata di Koto Kampar, PHR menggandeng STP sudah berjalan hingga kini dan fokus pada produk UMKM nya pariwisata bagian daripadanya.

"Pengembangan pariwisata menjadi fokus kita juga, khusus Koto Kampar kita melihat proposal yang diajukan oleh STP itu sejalan dengan visi PHR, awalnya kita baru membantu pelatihan dan pendampingan, tur gay, home stay, tujuannya adalah pemberdayaan ekonomi dan meningkatkan ekonomi di daerah operasional," kata Winda.

Dikatakannya untuk pengembangan wisata suatu wilayah PHR menganut sistem pentaheliks, dimana ada 5 institusi yang terlibat yakni, pemerintah, dunia industri, media, komunitas dan perguruan tinggi.

"Kita kerjasama dengan Apindo untuk pertama kali produk abon patin sudah diekspor, sudah reguler walau belum memenuhi permintaan negara Malaysia," katanya.

Target kita 2023 lebih memperkuat UMKM di Kampung Patin dan mereplikasi kesuksesan Graha Pratama Fish, bagi UMKM lainnya di wilayah lain, dengan memberikan NIB, sertifikasi halal, supaya produk mereka kompetitif dan ekspor.

"Kita ingin desa ini desa wisata berkelanjutan dan menjadi contoh desa wisata bagi Riau yang berhasil itu seperti ini," katanya.

Di awal PHR memang hadapi kendala bagaimana mengkoordinasikan antara pihak satu dengan yang lain agar satu persepsi, namun seiring waktu berjalan ternyata semua pihak mendukung.

Bahkan PHR sangat mengapresisasi pemerintah mulai tingkat desa hingga bupati, dinas pariwisata, saat itu Pj bupati yang memberikan dukungan sehingga semua bisa bersatu membangun Koto Mesjid.

"Dengan keberhasilan yang dicapai, perusahaan berharap masyarakat jangan cepat berpuas diri, dan tetap konsisten melakukan inovasi," katanya.

Nah inilah gunanya pendamping dari STP karena program ini harus mengikuti zaman. PHR menggandeng STP untuk sosialisasi, karena mereka miliki keahlian.

"Contohnya kita daftarkan di toko pedia agar bisa berdagang di toko online, mereka juga harus terus dibimbing walau tidak ada kendala berarti dan masyarakat terus didampingi agar program ini terus berjalan. Kita lebih banyak pada pendanaan, itulah pentahelikstadi," katanya.

Winda Damelia mengatakan PHR akan terus memberikan pendampingan. PHR juga akan membantu masyarakat Koto Mesjid terus memacu pengembangan ekonomi dengan menyiapkan sarana yang dibutuhkan.

“Tujuannya agar mereka mandiri dan bisa jadi pemacu semangat untuk pengembangan ekonomi dan percontohan UMKM daerah lain,” katanya.

Eni Sumiarsih, Direktur STP Riau, mengatakan PHR bekerja sama dengan STP Riau ikut memberdayakan masyarakat di Desa Koto Mesjid. Salah satu binaan PHR yang telah berhasil memberikan nilai tambah secara ekonomi adalah desa wisata, budidaya pengolahan ikan patin, dan 'dekla', yaitu minuman segar kelapa muda dengan campuran jeli.

“Pencapaian Koto Mesjid sebagai Desa Wisata Kampung Patin merupakan kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau. Ini juga buah kerja sama antara PHR dan STP Riau yang dipercaya dalam menjalankan program desa wisata di Koto Mesjid,” tutup Eni.