Jakarta (ANTARA) - Sebagai bagian dari koleksi The Vintage mereka, Saint Laurent kini menjual kaus band bekas seharga ribuan pound, seperti dilaporkan dari laman Guardian, Jumat (21/7).
Nirvana mendominasi koleksi penjualan dengan T-shirt smiley face klasik yang dijual seharga 700 pound sterling atau sekitar Rp13,5 juta, dan T-shirt In Utero dengan harga 2.510 pound sterling atau Rp48,4 juta. Satu T-shirt menampilkan sampul Incesticide kompilasi tahun 1992 telah menjadi berita utama yang dijual seharga 3.295 pound sterling atau setara Rp63,6 juta.
Barang-barang ini telah dibagikan di media sosial. Kim Gordon dari Sonic Youth, seorang teman Nirvana, mengunggah sebuah artikel tentang kaus tersebut di Instagram dengan tulisan “Sick! Sangat punk!”
Namun penggemar Nirvana mengeluh di Twitter, dengan berkomentar penjualan baju dengan harga fantastis tersebut bertolak belakang dengan keinginan pentolan Nirvana Kurt Cobain.
"itu adalah “kebalikan dari apa yang diinginkan Kurt. Dia pikir 20 dollar saja terlalu banyak untuk tiket konser," tulis salah satu penggemar di Twitter.
Beberapa orang di industri musik menganggap harga ini sulit untuk diterima, tetapi sebagian besar T-shirt telah terjual, mencerminkan fakta bahwa orang bersedia membayar untuk sesuatu yang pernah dijual dengan harga murah di kios barang dagangan.
Sementara para pemilik situs pernak pernik lawas (vintage) Deeps Samra dan Matt Sloane berpikir hal tersebut lumrah karena permintaan dan harga dari kaus band yang terus naik dalam 10 tahun terakhir.
Mereka mengatakan bahwa harga Saint Laurent dinaikkan tetapi selain membeli produk tentunya juga pengalaman membeli di label Saint Laurent yang menjadikan kaus tersebut bernilai tinggi.
"Anda membayar untuk pengalaman membeli sesuatu dari Saint Laurent, itu satu lawan satu. Itu yang diharapkan," ucap Sloane.
Sloane mengatakan fokus Saint Laurent pada Nirvana masuk akal. Band yang memiliki penggemar cukup besar membuat Saint Laurent mendapatkan perhatian yang mereka inginkan.
Orang-orang telah lama mengumpulkan T-shirt tetapi baru belakangan ini harganya meroket ke tingkat yang ekstrem. Fotografer David Titlow merilis sebuah buku pada tahun 2016, "Teetotal" menuliskan bahwa membeli baju lawas menjadi semakin sulit karena sebagian orang kini telah menyimpannya dan akan membuat harga baju melambung tinggi di kemudian hari.