Pekanbaru (ANTARA) - Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram Yosef Dwi Irwan mengatakan akan berupaya menghentikan penyalahgunaan obat-obat tertentutramadol dan Trihexypenidil oleh oknum warga di Mataram agar jangan sampai menimbulkan korban bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat.
"ApalagiNusa Tenggara Barat masuk dalamdestinasi wisata prioritas atau premium ini yang akan kita kawal terkait keamanan pangan serta peningkatan UMKM dalam memproduksi pangan yang aman dan bermutu," kataYosef Dwi Irwan di Pekanbaru, Senin.
Pihaknya juga berteka akan bergiat menghentikan penyalahgunaan obat-obat tertentu oleh oknum warga, karena Mataram saat ini dalam penilaian pemerintah menjadi kawasan "Wisata Premium" sehingga Mataram harus memberikan jaminan juga bahwa wisatawan terhindar dari praktik nakal penyalahgunaan obat-obat tertentu tersebut.
Ia mengatakan itu di sela acara serah terima jabatan Kepala BBPOM Pekanbaru dan Jambi yang baru, di Hotel Pangeran Pekanbaru, Senin.Yosef Dwi Irwan adalah mantan Kepala BBPOM di Pekanbaru bekerja selama 2 tahun lebih di Riau digantikan oleh pejabat baru Alex Xander mantan Kepala BBPOM Jambi. Yosef memiliki jabatan baru sebagai Kepala BBPOM Mataram.
Selain itu, serah terima jabatan juga terhadap Alex Sander (Kepala BBPOM Pekanbaru yang baru), dan kepada Veramika GintingPFM Ahli Madya, eksKelompok Substansi Penindakan BBPOM Pekanbaru menjadi pejabat Kepala BBPOM Jambi.
Yosef Irwan yang mengaku pulang kampung halaman itu berkomitmen akan mengawal destinasi wisata super premium untuk itu tentu berkolaborasi dengan semua pihak.
"Kita berharap sekalian semua pemangku kepentingan tokoh masyarakat, tokoh agama dan berbasis komunitas dan media untuk berkolaborasi menghentikan praktik penyalahgunaan obat-obat tertentu yang kian masif itu agar tidak menimbulkan korban jiwa dan bisa merusak masa depan anak bangsa," katanya.
Ia menekankan untuk menghentikan praktik penyalahgunaan obat-obat tertentu yang dicampurkan ke dalam minuman itu memerlukan upaya cegah dan tangkal sekaligus bisa memutus mata rantai penggunaannya.
Sebab, katanya penyalahgunaan obat-obat tertentu (obat-obat penenang) dicampur ke dalam minuman itu adalah menimbulkanefek "fly" itu berbahaya berdampak pada gangguan sistem syaraf, generasi sakit-sakitan dan tidak memiliki kesehatan fisik dan intelejensi yang baik, merusak generasi bangsa.
Apalagi Indonesia sedang menghadapi "bonus demografi" pada 2030 yang membutuhkan persiapan dan pengawalan generasi muda menjadi generasi berkualitas. Jika praktik penyalahgunaan obat-obat tertentu ini tidak segera dihentikan maka Indonesia menghadapi bencana dan terancam kehilangan generasi berkualitas.
"Untuk mewujudkan wisata super premium di Mataram selain meliputi pemenuhan infrastruktur yang handal, sarana prasarana wisata yang baik, juga sumber daya manusia yang harus sehat dan terhindar dari penyalahgunaan obat-obat tertentu," demikian Yosef.
Berita Lainnya
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani kenakan tarif penggunaan drone bagi wisatawan
18 September 2024 17:01 WIB
Korut modifikasi pesawat Rusia untuk bangun pesawat peringatan awal udara
18 September 2024 16:37 WIB
Nilai tukar rupiah stagnan setelah BI turunkan suku bunga BI-Rate
18 September 2024 16:26 WIB
BPBD Jawa Barat catat 700 rumah rusak terdampak gempa magnitudo 5.0 di Bandung
18 September 2024 15:51 WIB
Ikut Rakor bersama Bawaslu, Pj Gubernur Rahman Hadi tegaskan ASN netral pilkada Riau
18 September 2024 15:30 WIB
PTPN IV Regional III dinobatkan sebagai The Best Digital Agroindustry Transformation in Riau Province
18 September 2024 15:26 WIB
BPBD Jabar sebut 20 orang alami luka akibat gempa Bandung Rabu pagi
18 September 2024 15:21 WIB
WHO kutuk ulah militer Israel tembaki konvoi tim kesehatan PBB di Jalur Gaza
18 September 2024 15:09 WIB