Singapura (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang kenaikan beruntun dua hari mereka di perdagangan Asia pada Rabu sore, membukukan sedikit kenaikan karena dolar melemah, sementara investor menunggu lebih banyak data persediaan untuk isyarat yang lebih jelas tentang tren permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent bertambah 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 83,86 dolar AS per barel pada pukul 07,40 GMT, setelah melonjak 3,3 persen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 31 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 77,45 dolar AS per barel, setelah melambung 4,1 persen di sesi sebelumnya.
Harga acuan minyak diperkirakan akan mempertahankan dukungan setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell terdengar kurang hawkish tentang suku bunga daripada yang diharapkan pasar, sementara data terbaru menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun meskipun ekspektasi sebelumnya akan naik.
"Sentimen risiko yang meningkat setelah komentar Ketua Fed Jerome Powell, bersama dengan dolar AS yang lebih lemah, tampaknya dimanfaatkan untuk beberapa kenaikan harga minyak, setelah melihat kinerja yang lesu sejak akhir Januari," kata analis pasar IG, Yeap Jun Rong, dikutip dari Reuters.
"Reservasinya adalah bahwa reaksi penurunan semalam dalam dolar AS telah lebih terukur dibandingkan sebelumnya," kata Yeap, menambahkan bahwa setiap pemulihan berkelanjutan dalam dolar masih dapat berfungsi sebagai hambatan harga minyak.
Indeks dolar sedikit turun pada Rabu, memperpanjang kerugian setelah komentar Powell pada Selasa (7/2/2023), membuat minyak lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Dengan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu agresif di Amerika Serikat, pasar berharap ekonomi terbesar dunia dan konsumen minyak tersebut dapat menghindari penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi atau bahkan resesi dan menghindari kemerosotan permintaan minyak.
"Saya pikir kita berada di pasar yang cukup seimbang," kata ekonom senior Westpac, Justin Smirk.
"Jika kita memiliki pertumbuhan yang lebih kuat daripafda yang diharapkan dari negara-negara berkembang, harga (minyak) akan lebih kuat dan OPEC harus meningkatkan produksi. Itu bukan pandangan inti kami. Kami tidak melihat lonjakan permintaan yang besar," katanya.
Mendukung pasar, data persediaan mingguan dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah turun sekitar 2,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Februari, menurut sumber pasar.
Itu menentang ekspektasi dari sembilan analis yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan stok minyak mentah meningkat sebesar 2,5 juta barel.
Namun, persediaan bensin dan sulingan naik lebih besar dari yang diperkirakan, dengan stok bensin naik sekitar 5,3 juta barel dan stok sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, naik sekitar 1,1 juta barel.
Pasar akan melihat apakah data dari Badan Informasi Energi AS, yang akan dirilis pada pukul 15.30 GMT, mengkonfirmasi penurunan stok minyak mentah.
Baca juga: Harga minyak naik di sesi Asia didorong kekhawatiran pasokan, prospek China
Baca juga: Harga minyak mentah naik awal sesi Asia, IEA soroti prospek permintaan China