Banjarmasin (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan dan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) menjaga populasi bekantan dengan patroli bersama di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut dan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala.
"Tentu dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian bekantan dan habitatnya maka upaya konservasi menjadi lebih optimal," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Banjarbaru BKSDA Kalsel M. Ridwan Effendi di Banjarmasin, Senin.
Dijelaskan dia, patroli sebagai upaya perlindungan dan pengamanan kawasan habitat bekantan.
Terutama mencegah dan membatasi ruang gerak tindakan pelaku perusakan habitat bekantan berupa hutan mangroveRambai.
"Jangan sampai terjadinya konflik antara manusia dengan satwa liar, terutama bekantan," jelas dia.
Ketua SBI Amalia Rezeki mengungkapkan di wilayah kerja mereka Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak terjadi penambahan populasi bekantan lebih dari 100 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Awalnya pada tahun 2016 hanya terdapat sekitar 14 individu, sekarang pada akhir tahun 2022 ini populasinya sudah mencapai 36 individu bekantan.
Amel saat sosialisasi dan edukasi konservasi bekantan bersama masyarakat Desa Wisata Marabahan Baru mengajak warga untuk bersama-sama menjaga keutuhan hutan mangrove Rambai yang tersisa dan segera memberikan informasi apabila adanya perusakan hutan atau konflik satwa liar dengan manusia.
"Mari kita terus bersama-sama merestorasi hutan mangrove Rambai untuk keberlangsungan ekosistem bekantan dan kesejahteraan bersama," kata dia.
Sementara Aliansyah selaku Kepala Desa Marabahan Baru menyampaikan terima kasih kepada SBI yang telah membina desanya selama lima tahun ini, sehingga menjadi desa wisata yang maju berbasiskan konservasi bekantan dan kearifan lokal.
Baca juga: Kerjasama Pemda Kampar dan BKSDA Riau hapuskan kemiskinan ekstrem
Baca juga: BKSDA Jambi cari tahu penyebab kematian seekor gajah jantan