BRGM gandeng mahasiswa percepat restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove

id BRGM ,Unri,Mangrove riau, bakau riau

BRGM gandeng mahasiswa percepat restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove

Acara peluncuran program Kedai Kopi Riau oleh BRGM. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) meluncurkan program Kadeireka, partisipasi dan inovasi atau disebut Kedai Kopi Riau di Pekanbaru, Rabu, dengan menggaet mahasiswa dari Univeesitas Riau (Unri), Istitut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Program ini sejalan dengan Kemendikbudristek yaitu Matching Fund Kedaireka atau Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta Kampus Merdeka, dengan memberikan ruang bagi mahasiswa dan akademisi untuk mengaplikasikan keilmuan serta hasil risetnya langsung ke masyarakat.

Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Suwignya Utama menjelaskan untuk percepatan restorasi gambut sekaligus rehabilitasi mangrove, pihaknya harus menggandeng berbagai pihak, salah satunya universitas karena perguruan tinggi memiliki inovasi serta teknologi untuk mendukung program tersebut.

"Nantinya bersama mahasiswa ini, kami terjun langsung untuk melihat potensi tanaman produk apa yang bisa menghasilkan di wilayah tersebut. Tak hanya dapat menjaga lingkungan, namun juga meningkatkan ekonomi masyarakat," terangnya kepada awak media.

IPB akan bekerja di Bengkalis dan Siak sekaligus merupakan tahun kedua bagi mereka. Di tahun ini, kegiatan akan didorong untuk menghasilkan produk yang berbasis ekspor, termasuk diversifikasi produk turunan dari sagu, nanas dan olahan ikan.

"Masyarakat juga diarahkan memanfaatkan limbah. Salah satunya dengan memanfaatkan pati sagu untuk dijadikan plastik ramah lingkungan," katanya.

Selain itu, IPB melalui skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bersama BRGM akan melakukan pengembangan produk olahan atau turunan Sagu di Kepulauan Meranti dan pengembangan sorgum di Bintan. Ekosistem gambut berkontribusi untuk ketahanan pangan alternatif, khususnya pada rawa gambut.

Sedangkan di Indragiri Hilir yang merupakan kawasan dengan luas gambut terbesar di Riau dinilai menjadi lokasi strategis untuk mengaplikasikan model pengelolaan tata air. Nantinya mahasiswa Unri akan membuat neraca air, membimbing masyarakat untuk membuat sekat kanal, pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) serta pengelolaan tata air sebagai upaya mitigasi Karhutla serta pembasahan lahan gambut.

Mahasiswa UGM pun mengambil peran mendampingi dan mengembangkan pewarna alami yang berasal dari ekosistem gambut dan mangrove di Bengkalis serta Indragiri Hilir sebagai terobosan pewarna kain ramah lingkungan.

"Melalui program ini diharapkan akan muncul inovasi-inovasi baru dimana kampus menjadi garda terdepan dalam percepatan pembangunan di desa. Hasil penelitian tak hanya terhenti di jurnal ataupun laboratorium, namun juga menyelesaikan masalah di masyarakat," demikian Suwignya.