BKKBN Perwakilan Riau gencarkan lima strategi aksi turunkan prevalensi stunting

id BKKBN Riau,BKKBN Riau gencarkan lima strategi aksi,lima strategi aksi turunkan prevalensi stunting,aksi turunkan prevale

BKKBN Perwakilan Riau gencarkan lima strategi aksi turunkan prevalensi stunting

Kepala BKKBN Perwakilan Riau Mardalena Wati Yulia berbicara pada seminar Kesehatan nasional bertema "Inisiatif Pendampingan Percepatan Pencegahan Stunting (INI PENTING) Menuju Generasi Sehat" digelar BKKBN Riau bersama Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai diikuti seratus lebih mahasiswa, di Pekanbaru, Senin (4/7). Foto:Antara/Frislidia).

Pekanbaru (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) wilayah Riau menggencarkan lima strategi aksi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting di daerah itu yang tercatat sebesar 22,3 persen sesuai Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021.

"Kelima strategi tersebut sesuai dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (Ranpasti) Tahun 2021-2024," kata Kepala BKKBN Perwakilan Riau Mardalena Wati Yulia di Pekanbaru, Senin.

Strategi tersebut disampaikannya pada seminar Kesehatan nasional bertema "Inisiatif Pendampingan Percepatan Pencegahan Stunting (INI PENTING) Menuju Generasi Sehat" digelar BKKBN Riau bersama Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai diikuti seratus lebih mahasiswa di Pekanbaru, Senin (4/7).

Dia mengatakan, kelima strategi aksi tersebut, yakni pertama penyediaan data keluarga berisiko Stunting yang dimutakhirkan melalui sistem informasi keluarga. Kedua, pendampingan pasangan usia subur yang berisiko Stunting.

Kemudian yang ketiga survei keluarga berisiko Stunting, keempat pendampingan calon pengantin atau pasangan usia subur, dan terakhir mengaudit kasus Stunting.

"Khusus untuk audit kasus stunting tidak hanya fokus pada audit kasus baduta atau balita stunting. Fokusnya diarahkan pada upaya pencegahan lahirnya bayi stunting yang dimulai sejak audit kasus kelompok sasaran calon pengantin, ibu hamil atau nifas serta baduta atau balita yang bersisiko stunting," katanya.

Pada kesempatan itu, ia mengimbau mahasiswa sebagai calon generasi penerus bangsa agar dapat mendampingi keluarga yang berisiko stunting melalui program mahasiswa peduli stunting.

Dalam upaya mendukung kelima strategi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting tersebut maka pihaknya juga sudah membntuk 10.674 tim pendamping keluarga risiko stunting. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 prevalensi stunting di Provinsi Riau tercatat sebesar 22,3 persen atau masih rendah dibawah nasional yang tercatat 24,4 persen. Pemerintah tahun 2024 menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi sebesar 14 persen. ***3*** T.F011