Jakarta (ANTARA) - Sebuah analisis mengungkap efek pendinginan pada suhu Bumi akibat letusan gunung berapi di Tonga akan jauh lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya dan tidak cukup kuat untuk mengatasi tendensi pemanasan global dalam jangka panjang.
Studi yang dipimpin oleh tim ilmuwan China dan dipublikasikan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences pada Selasa (1/3), menunjukkan bahwa dampak pendinginan terkuat dari erupsi gunung berapi tersebut mencapai lebih dari 0,01 derajat Celsius di sejumlah wilayah di Australia dan Amerika Selatan, dan pendinginan di sebagian besar wilayah di China tercatat kurang dari 0,01 derajat Celsius.
Mereka menemukan bahwa suhu permukaan global hanya akan turun sebesar 0,004 derajat Celsius pada 2023 akibat erupsi tersebut.
Menurut studi tersebut, satu atau dua erupsi vulkanik tidak cukup untuk mengubah tren pemanasan global dalam jangka panjang kecuali terdapat sejumlah klaster erupsi vulkanik yang berlangsung selama berabad-abad, seperti yang pernah terjadi selama Zaman Es Kecil pada milenium sebelumnya.
"Emisi erupsi vulkanik di Belahan Bumi Selatan sebagian besar terbatas pada sirkulasi di belahan Bumi yang sama dan daerah tropis, dengan dampak yang lebih kecil di Belahan Bumi Utara," ujar Zhou Tianjun, salah satu penulis artikel tersebut sekaligus peneliti di Institut Fisika Atmosfer Akademi Ilmu Pengetahuan China.
"Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan pendinginan global yang lebih lemah dibandingkan erupsi gunung berapi yang terjadi di Belahan Bumi Utara dan daerah tropis," kata Zhou.
Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang berlokasi di dekat Nuku'alofa, ibu kota Tonga, meletus hebat dan memicu tsunami pada 15 Januari 2022.
Letusan tersebut menimbulkan kekhawatiran publik yang luas terkait dampaknya terhadap iklim global karena sulfur dioksida yang dilepaskan ke lapisan stratosfer pascaerupsi teroksidasi dan berubah menjadi aerosol sulfat.
Aerosol itu bertahan selama satu hingga dua tahun dan mengurangi radiasi matahari yang masuk, serta menyebabkan periode pendinginan global yang singkat.
Perkiraan sebelumnya menyebutkan bahwa penurunan suhu udara permukaan global berada di kisaran 0,03 dan 0,1 derajat Celsius selama satu hingga dua tahun mendatang.
Baca juga: Badan Geologi sampaikan peta rawan bencana Gunung Semeru
Baca juga: ESDM: Awan panas guguran adalah ancaman khas di Gunung Semeru, Jatim
Pewarta: Xinhua
Berita Lainnya
KPU DKI butuhkan 801 orang petugas PPS untuk Pilkada 2024
03 May 2024 14:13 WIB
Xiaomi Indonesia tawarkan tablet Pad 6S Pro dengan harga Rp7,9 jutaan
03 May 2024 13:48 WIB
Menko Luhut sebut pemerintah sedang menghitung subsidi untuk BBM bioetanol
03 May 2024 13:37 WIB
KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak tinjau persiapan panen raya padi di Merauke
03 May 2024 13:17 WIB
Puluhan legislator AS desak Joe Biden halangi serangan Israel ke Rafah
03 May 2024 13:05 WIB
KSAU dan Prabowo Subianto bahas hal penguatan pertahanan udara
03 May 2024 12:17 WIB
Masyarakat Indonesia didorong lebih banyak konsumsi teh tanpa pemanis
03 May 2024 12:10 WIB
Sejumlah hal yang perlu diketahui soal metode perawatan kulit Sandwich Retinol
03 May 2024 12:01 WIB