Pekanbaru, (antarariau.com) - Perusahaan industri kehutanan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berencana meninggalkan batu bara untuk bahan bakar pabrik dan menggantinya dengan bahan bakar gas guna menekan emisi karbon dalam produksinya.
"Rencananya kami akan mengganti bahan bakar batu bara ke gas untuk pabrik agar emisi karbon bisa makin ditekan," kata Direktur RAPP, Mulia Nauli, di Pekanbaru, Jumat.
Mulia Nauli mengatakan hal itu menanggapi penghitungan jejak karbon (carbon footprint) oleh Swedish Enviromental Research Institute (IVL) bahwa pelepasan karbon dalam operasional RAPP banyak terjadi di sektor produksi pengolahan pulp dan kertas di pabrik.
Ia mengatakan bahwa hasil penghitungan tersebut sangat membantu dalam melakukan upaya mitigasi emisi gas rumah kaca dalam keseluruhan proses produksi pulp dan kertas sehingga ke depannya perusahaan akan melakukan efisiensi dan inovasi teknologi, baik di hutan tanaman maupun di pabrik.
Seperti diketahui, pabrik RAPP di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, masih menggunakan batu bara meskipun hanya sekitar 13 persen dari total bahan bakar.
Sebelumnya, perusahaan itu telah menginvestasikan sekitar 2,3 juta dolar AS untuk membangun pabrik methanol yang menggunakan sumber energi bahan bakar terbarukan dari limbah bahan baku dengan mengolah "black liquor" yang merupakan hasil sampingan dalam proses pembuatan pulp serta "wood bark".
Dengan begitu, sekitar 87 persen dari 550 megawatt pembangkit listrik terpasang di pabrik RAPP bersumber dari energi terbarukan tersebut.
Sebelumnya, Direktur Sustainable Organization, Product and Processes IVL, Elin Eriksson, mengatakan bahwa RAPP telah mengambil langkah yang tepat karena secara sukarela menghitung jejak karbon bagi produk mereka. Masalahnya, jejak karbon sangat penting bagi pelanggan dan calon pembeli produk RAPP di Eropa dan di negara-negara maju lainnya.
IVL menghitung jejak karbon yang dihasilkan dalam proses produksi pulp dan kertas RAPP selama periode 2006--2009. Hasilnya diketahui bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan oleh RAPP telah dapat mencegah emisi gas rumah kaca, baik dari operasional di lahan mineral maupun di lahan gambut sebesar 45--55 persen dibandingkan tanpa pengelolaan oleh RAPP.
Kontribusi utama pencegahan emisi tersebut berasal dari pengelolaan tanaman pokok dan komitmen pengelolaan kawasan lindung dan tanaman unggulan di dalam areal konsesi.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa emisi karbon RAPP tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan industri serupa di Eropa, terutama yang dihasilkan dari pengolahan di pabrik. Hal ini bisa dipahami karena pabrik RAPP menggunakan bahan bakar yang mayoritas dari batu bara.
"Perlu ada upaya lain dari perusahaan untuk menekan emisi karbonnya," kata Elin.
Berita Lainnya
Dilarang Gunakan Tas Ransel, Ribuan Karyawan RAPP Bentrok
25 July 2016 21:09 WIB
RAPP Gunakan Limbah Produksi Untuk Energi
29 November 2010 18:53 WIB
Jikalahari Kecam DPR Gunakan Fasilitas RAPP
10 March 2010 12:31 WIB
DPR Gunakan Fasilitas RAPP Tinjau Semenanjung Kampar
10 March 2010 12:10 WIB
Perluasan Konsesi RAPP Gunakan Amdal Kadaluarsa
26 February 2010 12:12 WIB
Kendaraan berbasis gas perlu mendapatkan insentif untuk optimalisasi bauran energi
21 December 2022 10:56 WIB
Pemerintah disarankan gunakan kendaraan BBG untuk kendaraan ramah lingkungan
05 August 2019 16:18 WIB
Pemerintah Jajaki Penggunaan BBG Untuk Kereta Api
20 May 2014 14:05 WIB