Pertolongan Pengungsi Rohingnya Adalah Upaya Kemanusiaan Indonesia

id pertolongan pengungsi, rohingnya adalah, upaya kemanusiaan indonesia

Pekanbaru, (antarariau) - Kepala Rumah Detensi Imigrasi Pekanbaru, Riau, Fritz Aritonang menyatakan, pemberian pertolongan untuk para imigraN Rohingnya Myanmar dalam wujud atau bentuk apapun merupakan upaya kemanusiaan Indonesia yang mampu mengangkat harkat dan martabat negeri ini.

"Pengungsian para imigran Rohingya, Myanmar, adalah kesempatan bagi bangsa ini untuk meningkatkan harkat dan martabat. Tunjukkan jika bangsa ini adalah bangsa yang memiliki kemanusiaan yang tinggi," kata Fritz Aritonang di Pekanbaru, Rabu.

Firtz yang ditemui di ruang kerjanya menyatakan bahwa dipandang dari sisi ekonomi, para imigran asal Rohingya itu memang tidak akan memberikan keuntungan apa-apa bagi negara ini.

Hal itu dikarenakan memang kebanyakan mereka merupakan warga negara yang rata-rata memiliki sumber daya manusia relatif rendah atau memiliki latar pendidikan rendah.

Namun kerugian itu hanya untuk sekarang saja, demikian Fritz, ketika pemerintah bangsa ini telah memberikan atau memfasilitasi mereka untuk mendapat pendidikan layak seperti warga negara Indonesia lainnya, secara perlahan juga akan mengangkat sisi kualitas SDM mereka.

Jalan satu-satunya untuk menuju kebaikan itu, yakni dengan menaikan status mereka sebagai WNI di kemudian hari.

"Itu satu hal dalam sisi ekonominya. Karena Australia sebagai negara maju sangat mungkin tidak akan menerima para imigran Rohingya Myanmar itu karena tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bisa dimanfaatkan sebagai penunjang ekonomi di negara itu," katanya.

Berbeda dengan para imigran asal Afghanistan yang rata-rata memang memiliki latar pendidikan baik bahkan mampu berbahasa Inggris dengan baik.

"Mereka (para imigran asal Afghanistan) tentunya dapat diterima di Australia karena hal tersebut," katanya.

Dia menjelaskan, hal itu yang seharusnya menjadi kesempatan bagi negara ini untuk mampu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara satu-satunya yang dapat menerima para imigran Rohingya Myanmar.

Hal demikian, menurut dia, sekaligus akan memberikan penilaian tersendiri bahwa Indonesia memang merupakan negara yang tidak memandang suku, agama dan ras termasuk latar pendidikan rendah untuk berbuat baik terhadap seluruh warga negara asing yang tengah mengalami kesusahan.

"Nantinya, secara tidak langsung upaya ini akan mengangkat citra bangsa ini di mata dunia. Ini secara politisnya," kata dia.

Dampak yang lebih luas lagi, demikian Fritz, jika penilaian telah baik di mata dunia, maka dengan sendirinya, segala sektor baik perekonomian dan perpolitikan Tanah Air akan turut melangkah pada masa depan yang cerah.

"Para investor dan klien negara ini di seluruh dunia akan tidak sungkan-sungkan membeli atau menerima produk kita di sana karena sisi kemuliaan itu," katanya.

Saat ini, demikian Fritz, di Rudenim Pekanbaru tinggal lima imigran Rongingnya, yakni masing-masing atas nama Rahmatullah Bin Rahimullah, Rahimuddin Bin Salim, Anwar Bin Abdulhakim, Sahid Husin Bin Mogu Ahmad, dan Kobi Ahmad Bin Abdul Hussain.

"Kelimanya merupakan warga negara asing asal Myanmar yang memang terpaksa mengungsi akibat konflik SARA di negaranya," kata Fritz.

Selain di Pekanbaru, dikabarkan juga para pengungsi Myanmar itu berada di sejumlah wilayah Tanah Air lainnya seperti di Belawan ada sebanyak 22 orang, Tanjung Pindang 107 orang, Pontianak satu orang, Balikpapan satu orang, Kupang ada lima orang, Manado 35 orang, Makassar ada sebanyak tujuh orang, serta di Jakarta ada 10 orang dan di Ditjen Imigrasi Jakarta ada sebanyak tiga orang.

Sementara untuk pengungsi yang telah mendapat rekomendasi dari UNHCR diperkirakan ada sebanyak 214 juga tersebar di sejumlah wilayah Tanah Air.