Pekanbaru, (antarariau) - Petang Megang atau Balimau Kasai yang merupakan tradisi mandi bersama untuk pembersihan diri jelan bulan suci Ramadhan bagi kebanyakan masyarakat Pekanbaru, Riau, menguntungkan para pedagang kembang di kota itu.
"Sangat lumayan, bunga untuk Petang Megang laris manis semuanya laku terjual," kata Julian, seorang pedagang kembang di pasar tradisional Pekanbaru yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Jumat.
Menurutnya, menjelang berpuasa, tradisi musiman tiap tahun yang disebut Balimau Kasai atau Petang Megang ini memang selalu menguntungkan sejumlah pedagang di "Kota Bertuah".
Armanto, seorang pedagang kembang khusus bunga rampai di Pasar Kodim ketika dijumpai mengatakan penjualan dari hasil bunga rampai itu bisa mencapai dua kali lipat dari modal.
"Alhamdulillah, keuntungan menjual bunga rampai itu bisa mencapai dua kali lipat dari modal, bahkan lebih," katanya.
Menurutnya untuk perlengkapan bunga rampai itu banyak jenis kembang yang dipadukan dengan bermodalkan sekitar Rp300 ribu per kerangjang yang berisikan lebih dari 300 paket bungkusan kecil.
Dengan modal sekitar Rp300 ribuan itu, diakuinya Armanto mampu menjualnya dengan harga yang lebih mahal dan dimitati, yakni mencapai Rp600 ribu per seluruh rangkaian.
"Jenisnya itu seperti daun pandan, air mata duyung, bermacam bunga yakni bunga kamboja, melati, mawar, kenanga, tanjung, bunga kertas, bunga kantil," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa selain ragam jenis bunga, dalam rangkaian bunga rampai juga ada jeruk nipis, jeruk purut, urat rusa, kembilu dan tusuk gigi serta daun pisang.
"Setelah ada itu semua, baru bisa dinamakan bunga rampai yang merupakan satu rangkaian untuk Petang Megang," katanya.
Pedagang mengakui untuk harga jual bunga rampai per kantong berukuran kecil dijual dengan cukup berfariasi. "Kalau pagi hari itu memang ramai pembeli. Bunga rampai tersebut pagi harinya dijual Rp5 ribu dapat dua bungkus. Sedangkan kalau sudah siang ataupun sore hari itu dijual dengan harga Rp5 ribu dapat tiga bungkus kecil karena bunga sudah mulai layu," katanya.
Pedagang juga menjelaskan bahwa masing-masing jenis yang disebut "bunga rampai" dalam bungkusan itu mempunyai fungsi masing-masing.
"Daun pandan, airmata duyung, urat rusa, kembilu berfungsi sebagai pengharum. Beraneka macam bunga itu hanya sebagai pelengkap. Jeruk nipis dan jeruk purut itu berfungsi agar kepala tidak merasa gatal. Daun pisang untuk pembungkus dan tusuk gigi berfungsi sebagai pengikat daun pisang," jelasnya.
Seorang warga yang ditemui ANTARA di Pasar Kodim saat hendak membeli "bunga rampai" menyatakan bahwa balimau kasai itu merupakan suatu tradisi kebudayaan turun menurun.
"Saya rasa balimau kasai itu merupakan tradisi kebudayaan didalam menyambut bulan Ramadhan. Dan ada juga yang mengatakan kalau tidak memakai bunga rampai tidak sempurna puasanya, saya rasa tidak demikian. Karena yang utama itu sebenarnya niat menjalankan ibadah puasa," katanya.