Hampir 100 Titik Api Baru Terdeteksi NOAA Di Sumatera

id hampir 100, titik api, baru terdeteksi, noaa, di sumatera

Hampir 100 Titik Api Baru Terdeteksi NOAA  Di Sumatera

Pekanbaru, (antarariau) - Satelit NOAA 18 yang dioperasikan Singapura sore sekitar pukul 17.00 WIB berhasil mendeteksi sebanyak 174 titik api (hotspot) di daratan Provinsi Riau, atau jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya yang masih 77 titik.

Warih Budi Lestari selaku analis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Senin sore, mengatakan ratusan titik api tersebut tersebar dihampir seluruh wilayah kabupaten/kota.

"Kemunculan titik api ini terdeteksi secara langsung oleh Satelit 'National Oceanic and Atmospheric Administration' (NOAA) 18 dan ini merupakan yang terbanyak sepanjang tahun 2012," katanya.

Lebih lanjut Warih menguraikan, titik api terbanyak terdeteksi berada di Kabupaten Pelalawan dengan jumlah yang mencapai 52 titik, kemudian disusul dengan Kabupaten Rokan Hilir yakni sebanyak 25 titik api.

Selanjutnya, kata Warih, titik api juga bermunculan di Kabupaten Indragiri Hilir ada sebanyak 22 titik, Indragiri Hulu (21), Kuantansingingi (12), Bengkalis (12) dan Rokan Hulu ada sebanyak sembilan titik.

"Sementara untuk Kabupaten Siak ada delapan titik, Dumai tujuh titik dan Kampar ada enam titik api," kata Warih.

Pesatnya pertumbuhan titik api per 24 jamnya, kata Warih, disebabkan cuaca di seluruh wilayah Riau yang cenderung terik dengan suhu udara berada diatas 33 derajat Celsius.

Dari hasil monitoring citra satelit awan, analisa streamline dan kondisi fisis serta dinamis udara, demikian Warih, pada umumnya cuaca di daerah itu juga tampak cerah hingga berawan.

"Artinya adalah, sangat minim curah hujan, khususnya di pagi hingga sore hari hingga akhirnya menyulut terjadinya kebakaran hutan dan lahan di banyak wilayah," katanya.

Warih memprediksikan kondisi panas di sebagian besar wilayah Riau akan terus bertahan di siang hari hingga beberapa pekan kedepan.

Selain minim hujan, menurut dia, sistem kelembaban yang menurun juga menyulut timbulnya kegerahan bagi masyarakat serta memperbesar potensi kebakaran hutan atau lahan.

Sementara tiupan angin yang cukup kencang pada siang hingga sore hari yakni berkisar antara delapan hingga 30 kilometer per jam, menurut Warih, juga akan menambah potensi terjadinya kebakaran lahan.

Masyarakat diminta untuk tetap siaga kebakaran lahan dan diimbau untuk tidak melakukan pembakaran lahan untuk kepentingan memperluas lahan perkebunannya.