Pekanbaru (ANTARA) - Legislator Riau Mardianto Manan MT menilai penumpukan sampah yang terjadi di Pekanbaru adalah adanya unsur kesengajaan oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang seharusnya sudah bisa menangani permasalahan ini.
"Kenapa saya katakan demikian? Karena kalau saya memandang sosok Pak Firdaus MT, pasti sudah mengetahui medan pertempuran tentang sampah mustahil beliau yang sudah Doktor, Ahli Perencana dan punyai konsep Smart City Madani ini, kecolongan lagi dan terjadi lagi setiap tahunnya. Sampah menumpuk pada akhir tahun, yang hanya karena kontrak sudah habis dengan pihak ketiga," kata Mardianto di Pekanbaru, Selasa.
Menurut dia, percayakah jika seorang yang ahli bidang perencanaan, lupa memikirkan dampak, jika sampah diputus pengangkutannya, akan berdampak fatal?
Semua aksi dan kegiatan yang dilaksanakan dalam Pemerintahan Kota, periode Firdaus- Ayat apalagi yang bersifat rutinitas, se8harusnya sudah diluar kepala mereka berdua, maka mustahil terjadi kejadian berulang ini, itu lagi dan itu lagi.
"Keledai saja tak mau masuk lobang yang sama dua kali, masak Firdaus Ayat mau sih," katanya.
Makanya, katanya lagi, bahwa kejadian ini sengaja diciptakan dengan pembiaran, itu jika saya melihat kapabilitas dan kemampuan Firdaus yang seorang Doktor dan mantan Kepala Dinas PU Riau dan dua periode lagi menjadi Walikota, ditambahkan lagi sosok Ayat yang sudah dua periode juga mengelola sampah ini.
Lantas bagaimana solusinya agar permasalahan ini tidak berulang terus?
Wali Kota dan wakil seharusnya melakukan evaluasi rutin dan berkala dalam tahun 2020, mana yang belum tuntas, harus dituntaskan, dan mana yang terbengkalai dikaji lagi, mengapa terbengkalai dan mana yang habis kontrak, sementara yang dilakukan kontraktor tersebut berkelanjutan, misalnya pengangkutan sampah ini.
"Kalau habis kontrak akhir tahun per Desember, maka perlu dipikirkan masa transisi pengelolaan sampah ini, karena manusia Kota Pekanbaru tetap akan menghasilkan sampah setiap harinya," kata Mardianto Anggota komisi IV DPRD Riau dan anggota Banmus.
Ia menjelaskan secara teori, produksi sampah per individu warga kota setiap hari rata-rata 0,8kg/hari, bayangkan saja jumlah penduduk kota ini 1,2 juta jiwa lebih kini, artinya sekitar 960.000 kg timbunan sampah setiap hari, dari penduduk kota malam, belum lagi dengan penduduk siang yang hampir dua kali lipatnya.
Artinya, katanya, jika ini dibiarkan sehari dua dan tiga hari saja, sudah terjadi penumpukan sekitar 2,8 juta kg selama 3 hari dari sampah penduduk malam saja.
Bagaimana jika ditambahkan dengan penduduk siang, yang hanya bekerja dan berkunjung, tentu sampahnya tak mungkin dibawa pulang ke Taluk8 Kuantan sana misalnya. Maka dari itu perlu dipikirkan bagaimana solusinya, ketika terjadi akhir tahun dan putus kontrak sampah ini.
"Nah merujuk kasus sampah ini, sengaja pak wali dan wakilnya membiarkan, padahal beliau mempunyai konsep kota pintar smart city, tapi kalau begini sama dengan "stupid city," katanya.
Legislator: Wako Pekanbaru terkesan sengaja biarkan penumpukan sampah
Padahal beliau mempunyai konsep kota pintar smart city, tapi kalau begini sama dengan "stupid city,