Gelombang Eropa Berdampak Hingga Indonesia

id gelombang eropa, berdampak hingga indonesia

Pekanbaru - Pakar lingkungan dari Universitas Riau, Tengku Ariful Amri, mengatakan, gangguan iklim di sebagian wilayah Eropa yang menyebabkan gelombang udara dingin, juga memberikan dampak buruk terhadap sejumlah wilayah di Asia termasuk Indonesia.

"Gelombang dingin Eropa itu, menimbulkan gejala alam yang luar biasa atau sangat mempengaruhi kondisi suhu udara dan cuaca di berbagai wilayah tanah air," kata Ariful di Pekanbaru, Jumat.

Sebagaimana diberitakan berbagai media, gelombang udara dingin itu telah mengakibatkan jatuhnya korban manusia di sejumlah negara Eropa.

"Yang paling jelas terlihat, kondisi tersebut memberikan dampak fluktuatif cuaca di berbagai kawasan," kata Tengku Ariful Amri yang juga Direktur Rona Lingkungan Universitas Riau (UR) ini.

Kalau di Eropa itu gelombang dingin sudah menewaskan lebih dari 60 orang, menurutnya, di Indonesia hingga kini telah terjadi berbagai bencana seperti banjir dan kekeringan.

Situasi bencana tersebut, menurutnya, telah menjadi potret buruk di berbagai wilayah tanah air dan tentunya merugikan masyarakat banyak.

"Seperti yang kita lihat pada hari ini, di Riau atau Pekanbaru, khususnya pada jam-jam tertentu, misalnya pada subuh dari pukul 02.00 WIB sampai dengan pukul 05.00 pagi, suhu relatif sangat dingin, bahkan jauh di bawah normal dari keadaan temperatur normal atau yang biasanya," ujarnya.

Namun memasuki siang hari, sambungnya, suhu udara mendadak panas dan sorenya kerap turun hujan dengan intensitas yang tak menentu pula.

"Kondisi demikian, juga terjadi di berbagai wilayah Indonesia lainnya, termasuk di Pulu Jawa, Kalimantan dan beberapa wilayah di Indonesia Timur," ungkapnya.

Bahkan, demikian Tengku Ariful Amri, situasi cuaca ekstrem atau tak biasanya sempat terjadi berulangkali sehingga memunculkan dampak peristiwa langka yang merugikan.

Salah satunya, menurutnya, yakni angin yang berputar atau berpusar di satu titik tertentu atau biasa disebut puting beliung.

"Puting beliung, seperti yang sama-sama kita ketahui, juga sempat terjadi beberapa kali di wilayah Sumatra termasuk Riau. Nah, seperti yang saya katakan, bahwa perubahan iklim saat ini telah berdampak pada perubahan cuaca yang serba tak menentu dan sulit untuk diprediksi," tuturnya.

Pertanian Terganggu

Tengku Ariful Amri juga mengindikasikan, kawasan hutan tanah air kita agaknya telah rusak.

"Sebab, gejala alam (yang ekstrem) itu sangat rentan melanda wilayah-wilayah yang gersang (kawasan hutannya sudah rusak)," ungkapnya.

Akibat lebih lanjut, menurutnya, ha-hal terburuk bisa mengganggu atau melanda industri pertanian (agro industri) domestik.

"Jadi, kerusakan lingkungan yang banyak menimbulkan berbagai bencana ini, akan mengancam pemenuhan kebutuhan makanan atau kebutuhan pokok masyarakat, bahkan hingga berbagai wilayah negara di Asia dan kawasan dunia," tuturnya.

Karena, demikian Ariful, iklim sangat mempengaruhi produksi pertanian dan perkebunan secara global.

"Termasuk juga mempengaruhi kebun sawit yang menjadi andalan rakyat Riau, karena banyak ditanam dan dikelola masyarakat dan berbagai perusahaan asing, juga akan terancam," katanya.

Dikatakan, pada dasarnya, tumbuhan atau mahkluk hidup itu membutuhkan keseimbangan antara air dengan aktivitas suhu.

Kondisi tersebut, menurutnya, juga dipengaruhi oleh perubahan iklim.

"Karenanya, kata kuncinya, bahwa untuk menyelamatkan lingkungan dan produksi pertanian serta perkebunan, harus melalui cara mendamaikan bumi ini dengan menghijaukan kembali kawasan-kawasan yang 'gundul' akibat ulah manusia," tegas Tengku Ariful Amri mengingatkan.