Korban Banjir Rumbai Bertahan

id korban banjir, rumbai bertahan

Korban Banjir Rumbai Bertahan

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Ratusan rumah di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, hingga Senin (26/12) petang masih tergenang air dengan ketinggian sekitar 45 sentimeter.

"Air belum surut dari kemarin Sabtu. Tapi warga pasrah saja di tengah genangan itu, karena tak tahu mau 'ngungsi ke mana" kata Uli, (40), warga Sri Meranti kepada ANTARA.

Dari pantauan ANTARA di sejumlah titik lokasi banjir di Kelurahan Sri Meranti, beberapa warga masih bertahan di rumahnya, kendati air menggenangi rumah sejak Sabtu (24/12) lalu.

"Tidak ada saudara, mau 'ngungsi kemana lagi," tutur Uli.

Selain tak memiliki sanak famili, alasan lain warga tetap bertahan, karena untuk berjaga mengamankan harta bendanya.

Namun, tak sedikit juga di antara warga Sri Meranti yang telah pergi dari rumahnya untuk mengungsi di rumah saudaranya atau teman sejak hari Minggu.

Kondisi berbeda terlihat di wilayah kelurahan lain yang juga mengalami banjir sebelumnya, yakni di Kelurahan Meranti Pandak, dan Kelurahan Umban Sari.

Dua kelurahan ini pada puncak banjir pada Sabtu (24/12) lalu, terendam hingga ketinggian sekitar 1,3 meter.

Kini, para warga korban banjir di Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Umban Sari tersebut sudah banyak yang disibukkan dengan aktivitas bersih-bersih sisa banjir.

Berbagai bantuan dikatakan oleh Uli telah sampai kepada para korban banjir.

Meskipun begitu, aroma ketidakpuasan tercium dari pendapat beberapa warga sekitar Rumbai yang lain.

Misalnya dari seorang warga Rumbai lainnya, Syarif, (37).

Ia mengatakan, beberapa wilayah di Kecamatan Rumbai menjadi langganan banjir setiap musim penghujan datang tiap tahunnya, namun minim solusi.

"Pemerintah Kota (Pemkot) setengah-setengah menangani banjir tahunan ini," katanya.

Dikatakan, pompa air yang disiapkan oleh Pemkot Pekanbaru di beberapa titik langganan banjir selama ini hanya difungsikan saat ketinggian air maksimal.

"Itu kami sayangkan. Karena, saat pompa difungsikan, rumah warga sudah terendam duluan," ungkapnya.

Syarief menuding, penanganan banjir oleh Pemkot Pekanbaru terkesan tidak maksimal, karena sejauh ini banjir dibiarkan berlalu dengan sendirinya.

Ia bahkan mencurigai banjir sengaja dipelihara untuk kemudian dijadikan sarana pencitraan elite politik. Yakni datang bawa 'sesuatu' setelah musibah terjadi, demi cari perhatian warga.

"Daerah-daerah banjir itu kepadatan penduduknya tertinggi di Pekanbaru," kata Syarif.