Dampak pandemi COVID-19, industri pariwisata harus antisipasi perubahan minat wisatawan

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, pariwisata

Dampak pandemi COVID-19, industri pariwisata harus antisipasi perubahan minat wisatawan

Ilustrasi: Wisatawan mengunjungi salah satu destinasi wisata di Tanah Air. (ANTARA/Dokumentasi Birkom Kemenparekraf)

Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 dipastikan akan membawa perubahan besar terhadap minat wisatawan yang nantinya akan lebih mengedepankan aspek keamanan dan kesehatan sehingga harus benar-benar dapat diantisipasi oleh seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan juga ekonomi kreatif.

Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf Agustini Rahayu, di Jakarta, Kamis, mengatakan baik pemerintah, pelaku usaha, maupun pemangku kepentingan lainnya harus mampu beradaptasi, menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing sebagai respons terhadap perubahan.

Baca juga: Jateng gaet wisatawan Timur Tengah untuk antisipasi dampak wabah virus corona

"Akan terjadi perubahan perilaku yang mendasar dari wisatawan. Nantinya wisatawan akan lebih mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan dan keselamatan serta keamanan sehingga industri harus dapat beradaptasi untuk dapat meyakinkan konsumennya bahwa fasilitas mereka dapat memenuhi faktor dimaksud," kata Agustini Rahayu.

UNWTO menyatakan kini saatnya untuk melakukan peninjauan ulang terhadap standarisasi pariwisata melalui pedoman global pembukaan kembali fasilitas pariwisata yang mereka sebut Global Guidelines to restart tourism. Organisasi itupun telah merilis pedoman yang dijadikan acuan industri pariwisata terkait perubahan perilaku wisatawan secara umum.

Dari sisi akomodasi misalnya, preferensi wisatawan akan berubah dari yang semula mencari akomodasi yang menawarkan harga promo/budget hotel ke hotel-hotel yang mengutamakan aspek higienitas. Kemudian dalam transportasi, penerbangan langsung atau maksimum satu kali transit akan menjadi preferensi utama wisatawan. Aktivitas wisatawan juga akan lebih ke luar ruang dengan pilihan udara sejuk, self-driving, dan private tour.

"Industri mungkin diawal akan melakukan penyesuaian harga karena harus memenuhi standar yang dibutuhkan dan wisatawan akan membayar. Meski nantinya seiring berjalan waktu juga akan ada penyesuaian dari sisi bisnis," kata Agustini Rahayu.

Untuk itu, kata dia, Kemenparekraf telah menyiapkan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) yang akan jadi pedoman bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Namun protokol tersebut nantinya akan dikeluarkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan dalam waktu dekat. Protokol kesehatan harus diharmonisasikan dengan Kementerian/Lembaga lain agar tersinergi baik.

Setelah itu pihaknya baru akan melakukan pendampingan kepada industri, termasuk pelatihan pekerja pariwisata di setiap destinasi dan diaplikasikan. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat final agar kita bisa segera disosialisasikan," kata Agustini Rahayu.

Sementara itu, Director of Marketing Communications The Westin Resort Nusa Dua Bali Dewi Anggraini mengatakan pihaknya telah bersiap untuk memasuki tatanan kenormalan baru pariwisata. Selama ini pihaknya benar-benar mempersiapkan dan menjadikan situasi yang lesu akibat COVID-19 ini sebagai tantangan.

The Westin Resort Nusa Dua Bali telah menyiapkan protokol yang akan diterapkan pada setiap aspek, mulai dari lobi, kamar, restoran, hingga tempat pertemuan.

"Kami sudah melakukan set up untuk new normal dan beberapa hal yang harus diperhatikan. Semua itu secara intens kami komunikasikan ke publik sehingga kami harapkan bisa menjaga kepercayaan di mata masyarakat," kata Dewi. Untuk itu pihaknya berharap implementasi normal baru dapat segera berjalan dan industri kembali bergeliat.

Baca juga: Sambut Normal Baru, Kawasan Puncak diserbu wisatawan

Baca juga: Setelah lewati pandemi corona, Wuhan justru kota yang paling banyak dikunjungi wisatawan di China


Pewarta : Hanni Sofia