Ada 380 kasus DBD di Pekanbaru

id Diskes Riau,DBD Pekanbaru, dinkes pekanbaru, dbd, dbd pekanbaru

Ada 380 kasus DBD di Pekanbaru

Suasana rumah sakit di Pekanbaru. (ANTARA/Anggi R)

Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue di daerah itu hingga pekan ke-21 tahun 2020 atau selama lima bulan mencapai 380 kasus.

Namun dari keseluruhan kasus DBD itu di antaranya 373 pasien dinyatakan sembuh dan enam lainnya masih dirawat.

"Enam pasien masih dirawat intensif di rumah sakit kota ini sedangkan 373 pasien sudah sembuh dan satu meninggal pada Februari 2020," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, M Amin melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Pekanbaru, Maisel Fidayesi di Pekanbaru, Kamis.

Menurut dia, penyakit DBD terkait pada persoalan lingkungan, yakni partisipasi masyarakat menjaga lingkungan yang sangat diperlukan yakni bagaimana warga bisa menata lingkungannya supaya nyamuk aedes aegypti itu tidak bertelur lagi.

Selain itu, katanya menyebutkan, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru meminta Puskesmas agar lebih memaksimalkan perannya mengajak masyarakat supaya ikut membersihkan lingkungan bersama, dan melakukan 3M plus.

"Saat ini Diskes Pekanbaru terus menggiatkan penyuluhan kepada masyarakat, melalui dinas dan Puskesmas karena juga ada program melalui Biaya Operasional Kesehatan (BOK). Meski saat ini instansi pemerintah dan Diskes Pekanbaru terfokus pada penanganan COVID-19, namun demikian kasus-kasus DBD juga menjadi prioritas untuk ditanggulangi sebab DBD juga merupakan penyakit mematikan," katanya.

Kasus DBD tetap ditangani, katanya, hingga perlu melakukan pengasapan rumah-rumah warga seperti fogging, disamping itu, Puskesmas perlu terus memaksimalkan peran dan fungsinya dan senantiasa mengajak warga supaya tetap ikut membersihkan lingkungan bersama, melakukan 3M plus yakni lakukan minimal satu kali dalam seminggu kegiatan menguras tempat penampungan air, selain menguras, juga harus menyikat dinding tempat-tempat penyimpanan air tersebut karena telur nyamuk aedes aegypti dapat menempel dengan cukup kuat pada dinding-dinding penampungan air.

Setelah menguras tempat air, jangan lupa menutup tempat-tempat penyimpanan air di sekitar kita, karena hal ini dapat mencegah nyamuk untuk dapat bertelur di sana.

Berikutnya yakni menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang kemungkinan dapat menampung sisa-sia air hujan atau genangan air lainnya, karena genangan-genangan air yang ditampung dalam barang-barang bekas ini juga dapat menjadi sarana nyamuk aedes aegypti untuk bertelur.

Ia menjelaskan Diskes Pekanbaru juga terus menggencarkan penyuluhan kepada masyarakat melalui dinas langsung atau melalui Puskesmas bahkan sejumlah petugas turun ke lapangan dan mengajak untuk memerangi DBD, sedangkan ketersediaan obat dalam menangani DBD masih mencukupi.

Penyakit DBD disebabkan oleh virus DBD yang menginfeksi manusia lewat gigitan nyamuk. Yang membawa virus ini adalah nyamuk betina yang sudah terinfeksi virus dengue. Setelah nyamuk menggigit manusia, virusnya akan masuk ke dalam darah dan mengalir ke seluruh tubuh, kemudian mulai menyebabkan infeksi pada sel-sel tubuh yang sehat.

Gejala penyakit DBD biasanya terlihat kurang lebih 15 hari setelah gigitan nyamuk. Pasien penyakit DBD harus dipantau dan diobati dengan tepat, karena penyakit ini bisa menjadi parah hingga ke tingkat yang dapat menyebabkan kematian.

Jumlah kasus DBD di Pekanbaru Minggu ke-21 Tahun 2020, yakni Sukajadi 15 kasus, Senapelan 15 kasus, Pekanbaru Kota 7 kasus, Rumbai Pesisir 14 kasus, Rumbai 25 kasus, Limapuluh 31 kasus, Sail 4 kasus, Bukit Raya 42 kasus, Marpoyan Damai 52 kasus, Tenayan Raya 71 kasus, Tampan 60 kasus, Payung Sekaki 44 kasus, Total 380 Kasus.

Baca juga: Wakil ketua MPR ingatkan pemerintah untuk waspadai lonjakan kasus penyakit DBD

Baca juga: 238 warga Pekanbaru terjangkit DBD hingga pertengahan Maret