Mendikbud harap pengentasan buta aksara tingkatkan taraf hidup masyarakat adat, begini penjelasannya

id mendikbud,hari aksara 2019,makassar,berita riau antara,pegiat literasi

Mendikbud harap pengentasan buta aksara tingkatkan taraf hidup masyarakat adat, begini penjelasannya

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan sambutan saat menghadiri peringatan Hari Aksara Internasional 2019 di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/9/2019). Peringatan Hari Aksara Internasional yang mengangkat tema 'Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat' tersebut memberikan penghargaan kepada pemerintah kabupaten/kota, pegiat keaksaraan, tokoh komunitas adat terpencil, Taman Baca Masyarakat (TBM) kreatif dan penghargaan keberaksaraan bagi peserta didik keaksaraan usaha mandiri. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/ama.)

Makassar (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berharap program pengentasan buta aksara bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat adat di Indonesia.

Dalam pidatonya pada peringatan Hari Aksara 2019 di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu, Mendikbud berpesan agar upaya pengentasan buta aksara tidak hanya sekadar mengajari masyarakat adat baca dan tulis semata.

“Pengentasan buta aksara bukan hanya ajari baca tulis saja, tapi bagaimana masyarakat adat bisa menggunakan literasi untuk mengatasi masalah hidup mereka,” kata Muhadjir Effendy.

Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, Dr. Wartanto, menambahkan bahwa peringatan hari aksara tahun ini juga diisi dengan workshop pengembangan pendidikan keaksaraan pada komunitas adat. Pesertanya adalah para pegiat literasi dari berbagai daerah di Indonesia.

Ia berharap kepada pegiat literasi agar program pengentasan buta aksara juga sekaligus meningkatkan tingkat literasi masyarakat adat.

“Saya harapkan pegiat literasi juga meningkatkan masyarakat untuk gemar membaca, dorong manusia untuk menguasai teknologi dari kegemaran membaca,” katanya.

Pegiat literasi pada zaman modern harus pintar menarik masyarakat untuk menumbuhkan minat membaca, membuat budaya baca jadi menarik. Harus dibiasakan agar masyarakat adat yang sudah bisa membaca agar terpancing mencari tahu segala hal dari berbagai sumber.

“Jangan sekadar orang jadi target supaya baca, tapi jadikan mereka subyek. Pancing agar cari tahu dari berbagai sumber,” katanya.

Masyarakat adat harus diajak untuk meningkatkan literasi agar bisa selesaikan masalah di lingkungannya. Apabila masyarakat adat mayoritas adalah petani, lanjutnya, mereka harus diajak memperkaya pengetahuan dari buku-buku dan sumber literatur lainnya untuk mengatasi masalah hama pada tanaman dan meningkatkan produktivitas pertanian.

“Jadi masyarakat yang terbiasa mencari literasi sumber bacaan untuk menyelesaikan masalah. Dengan sendirinya orang yang buta huruf tak hanya bisa baca, tulis, hitung, tapi juga bisa pecahkan masalah sehari-hari,” kata Dr. Wartanto.

Ia menambahkan, pegiat literasi harus benar-benar paham tentang kriteria bebas dari buta aksara. Ada lima kriterianya, yang pertama adalah bisa baca tulis minimal tiga kalimat sederhana.

Kedua, bisa menulis nama atau jatidiri dan kegiatan sehari-hari di lingkungannya. Ketiga, bisa menghitung seperti menambah, mengurangi dan membagi angka, minimal dua digit angka. Keempat, mampu menggunakan dan menghitung uang untuk keperluan hidup sehari-hari. Dan kelima, bisa mengetahui jarak, waktu, dan menghitung isi di antaranya seperti menggunakan satuan liter dan kilogram pada kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Wartawan ANTARA Riau raih penghargaan lomba jurnalistik Hari Aksara

Baca juga: Angka buta aksara di Indonesia bagian timur masih tinggi, begini penjelasan Mendikbud