Antalya, Turki (ANTARA) - Perang saudara saat ini di Libya menguntungkan kelompok gerilyawan fanatik Da'esh, demikian pendapat seorang ahli mengenai wilayah tersebut.
Semua dalam perang saudara "yang memerangi Da'esh sekarang saling menyerang", kata Tarek Megerisi, peserta program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Eropa mengenai Hubungan Luar Negeri.
Baca juga: UNICEF Prihatin banyak anak-anak jadi korban perang di Suriah
Ia memperingatkan kondisi itu memberi Da'esh "kesempaan baik untuk membenai diri dan kembali ke kondisinya sebelumnya", demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia berbicara dalam satu pertemuan NATO di kota Laut Tengah Turki.
Kondisi tersebut kembali dapat menjadi "ancaman yang sangat nyata, potensi kekacauan yang kita saksikan pada 2014, saat Da'esh meraih kesempatan untuk menjejakkan kaki di negeri tersebut, mengakibatkan krisis migrasi, yang saya kira masih membuat Eropa menderita," ia menambahkan.
"Hanya diperlukan waktu tiga hari dari awal perang bagi Da'esh untuk melancarkan serangan pertama mereka, menyerbu kota kecil Libya, dan saya kira mereka melancarkan dua serangan lagi di negara bagian itu," katanya.
Megerisi berbicara pada Sabtu di Rose-Roth --seminar parlementer Kelompok Khusus Timur Tengah dan Laut Tengah (GSM), yang dituan-rumahi oleh Parlemen Turki.
Anggota parlemen, pejabat, pemimpin militer dan kepala misi luar negeri dari negara anggota NATO termasuk di antara peserta pertemuan tersebut, yang dijadwalkan berakhir pada Ahad.
Pekan lalu, komandan militer Khalifa Haftar, yang berafiliasi dengan pemerintah yang berpusat di Libya Timur, melancarkan operasi untuk merebut Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) --yang didukung PBB-- berpusat.
Sejak penggulingan mendiang presiden Muammar Gaddafi pada 2011, dua pemerintah telah muncul di Libya: satu di Libya Timur, di bawah Khalifa Haftar, dan satu lagi di Tripoli --yang mendapat dukungan PBB.
Front lain
Megirisi mengatakan jika serangan pasukan Haftar ke Tripoli dikalahkan, pasukannya dapat membawa perang ke Libya Timur.
"Mereka sudah memikirkan untuk membuka front lain di Libya Timur dan Selatan," katanya.
"Kondisi perang memutar-balikkan semua keberhasilan kecil lain yang mungkin telah dinikmati oleh Libya selama dua tahun belakangan," ia menambah.
Megerisi berpendapat bahwa dukungan internasional yang telah diperoleh Haftar selama empat tahun belakangan ini "telah memberi dia rasa kekebalan".
"Itu adalah contoh besar mengenai salah satu masalahh mengenai kebijakan pendekatan di Libya selama empat atau tahun tahun belakangan ini, saat kita dengan susah-payah berusaha menyelesaikan gejala yang menegaskan konflik dan kekacauan Libya tanpa secara efektif membidik apa yang mengendalikannya," katanya.
"Haftar, seperti banyak orang lain di Libya, adalah pelaku non-negara," kata Megerisi.
"Pada 2014 dan 2015, Libya membentuk Pemerintah Kesepakatan Nasional, yang didukung oleh PBB, dan ini dilakukan sebagai kendaraan untuk menyelesaikan masalah di Libya," katanya.
Baca juga: Liga Arab sambut laporan PBB yang tuduh Israel lakukan kejahatan perang
Baca juga: Srategi "perang" Panglima melawan karhutla
Sumber: Anadolu Agency
Berita Lainnya
Mitsubishi Electric Indonesia lakukan inovasi dan solusi untuk lingkungan hijau
26 April 2024 17:02 WIB
Relawan: Partai Keadilan Sejahtera akan ikuti jejak PKB dan NasDem masuk koalisi
26 April 2024 16:29 WIB
Kemenhub tetapkan 17 bandara internasional di Indonesia untuk perkuat bisnis penerbangan
26 April 2024 16:10 WIB
Mendag Zulkifli Hasan memusnahkan baja tulang tak sesuai SNI senilai Rp257 miliar
26 April 2024 15:31 WIB
Ilmuwan ungkap rotasi Bumi melambat, hari jadi lebih panjang
26 April 2024 15:16 WIB
72 tahun diplomatik, Indonesia-Kanada adakan Dialog Pertahanan Perdana di Jakarta
26 April 2024 15:05 WIB
Menlu Retno sebut satgas judi online lindungi WNI dari kejahatan transnasional
26 April 2024 14:17 WIB
Jeniffer Aniston akan buat ulang film klasik hits tahun 1980 "9 to 5"
26 April 2024 14:04 WIB