Pekanbaru (ANTARA) - Kabar prihatin untuk petani kita. Badan Pusat Statistik menyatakan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau pada Maret sebesar 96,41 atau turun sebesar -0,20 persen dibanding Februari 2019 yang sebesar 96,61.
“Penurunan NTP ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu sebesar 0,25 persen relatif lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yaitu sebesar 0,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom dalam pernyataan pers yang diterima Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan turunnya NTP pada Maret menjadi 96,41 dapat diartikan bahwa petani secara umum mengalami defisit. Defisit ini terutama terjadi pada petani subsektor peternakan (NTPT= 94,42), subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR= 94,50), dan subsektor hortikultura (NTPH=96,07).
Baca juga: BPS: Petani Riau masih defisit
Sementara itu, subsektor yang mengalami surplus adalah subsektor perikanan (NTNP=112,24) dan subsektor tanaman pangan (NTPP=101,79).
NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib), dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan daya beli petani di daerah perdesaan, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani, dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.
Baca juga: Petani Dayun tanam semangka di tengah lahan Sawit
NTP di bawah 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.
Aden menjelaskan, penurunan NTP di Provinsi Riau pada bulan Maret 2019 terjadi pada empat dari lima subsektor penyusun NTP. Antara lain pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar -1,46 persen, subsektor perikanan turun sebesar -1,43 persen, dan subsektor hortikultura turun sebesar -1,38 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar -0,85 persen.
“Sedangkan NTP subsektor yang mengalami kenaikan hanya subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,57 persen,” katanya.
Menurut dia, pada Maret 2019 ada lima dari 10 Provinsi di Pulau Sumatera mengalami penurunan NTP, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Lampung, Provinsi Riau, dan Provinsi NAD. Jika dibandingkan dengan NTP Provinsi lain di Pulau Sumatera, Riau menduduki peringkat ke-6, di bawah Provinsi Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.
Ia menambahkan, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen, yaitu dari 108,48 pada Februari 2019 menjadi 108,68 pada Maret 2019.
Berdasarkan catatan ANTARA, NTP di Provinsi Riau sudah berada di bawah angka 100 digit sejak Oktober 2018. Pada tahun ini, baru pada Februari NTP sedikit mengalami kenaikan, namun tetap masih dalam penilaian defisit.
Baca juga: Ribuan petani Riau tanam Jernang karena lebih menguntungkan dari sawit
Berita Lainnya
Koperasi Produsen Petani Sawit Mekar Jaya Kampar raih predikat terbaik I di Riau
31 October 2024 10:00 WIB
APTI harapkan Presiden Prabowo Subianto melindungi jutaan petani tembakau
29 October 2024 13:36 WIB
Petani sawit sekitar PT SLS bertekad majukan keluarga bersama koperasi
22 October 2024 11:54 WIB
PTPN IV PalmCo targetkan 2,1 juta bibit unggul diserap petani hingga 2024, begini strateginya
10 October 2024 10:49 WIB
PTPN IV rangkul 1.584 petani mitra perkuat perkebunan berkelanjutan standar internasional RSPO
03 October 2024 9:36 WIB
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono serap aspirasi petani di Klaten
23 September 2024 16:20 WIB
Bulog Banyumas terus pantau perkembangan harga beras di tingkat petani
02 September 2024 16:25 WIB
Berdayakan petani, Baznas RI resmikan lumbung pangan hortikultura Bandung
15 August 2024 10:13 WIB