Eliminasi TBC, Dinkes Riau Intensifkan Penjaringan ke Panti Asuhan, Terminal, dan Rumah Warga

id eliminasi tbc, dinkes riau, intensifkan penjaringan, ke panti, asuhan terminal, dan rumah warga

Eliminasi TBC, Dinkes Riau Intensifkan Penjaringan ke Panti Asuhan, Terminal, dan Rumah Warga

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau terus mengintensifkan penjaringan penderita tuberculosis (TB) paru ke panti asuhan, terminal, dan rumah warga untuk mencapai target pemerintah eliminasi TB Paru pada 2030.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Dra Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM di Pekanbaru, Jumat, mengatakan, penjaringan itu dilakukan melalui unit mobil Puskesmas keliling dan petugas Puskesmas.

"Untuk mencapai target eliminasi TB paru, berbagai kegiatan harus dari sekarang digiatkan, dan hingga Maret 2018 temuan kasus sudah mencapai 107 persen," katanya.

Program tersebut disampaikannya terkait peringatan hari TBC Sedunia 2018 yang mengusung tema "Peduli TBC, Indonesia Sehat" dengan aksi Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS-TBC).

Menurut dia, Pemerintah Indonesia menetapkan pengendalian TB sebagai salah satu program prioritas dalam Pembangunan Nasional 2015-2019, apalagi kasus TB merupakan salah satu dari 12 indikator Pembangunan Nasional yang dipantau langsung oleh Presiden.

Ia mengatakan, melalui aksi TOSS-TBC itu, seluruh perangkat Puskesmas dan kader kesehatan di daerah diintensifkan untuk mencari para penderita yang belum terjangkau dalam penanganan dan pengobatan.

"Bahkan sejumlah kader Puskesmas melakukan inovasi dengan mendatangi panti asuhan yang memiliki potensi banyak anak yang terjangkit TB paru karena minimnya asupan gizi, lingkungan tempat tinggal yang tidak layak, serta di Lapas, terminal dan lainnya," katanya.

Sampai periode Maret 2018, katanya, sudah ditemukan 107 kasus TB paru di Riau, akan tetapi kesuksesan pengobatannya masih rendah antara lain terkendala kurang disiplinnya penderita dalam meminum obat sampai selesai dan kasus ini disebut missing case atau putus berobat.

Selain itu, katanya, ada sarana pelayanan yang tidak melaporkan pasien TB Paru yang sudah sehat atau meninggal sehingga untuk mencapai target eliminasi TB paru 2030 diperlukan dukungan semua sektor.

"Sejumlah kabupaten dan kota di Riau, melakukan aksi jemput bola, dimana tenaga kesehatan mendatangi rumah-rumah masyarakat sesuai data yang dicantumkan memiliki penderita TB Paru itu. Tenaga kesehatan dari Puskesmas menggunakan sepeda motor membawa obat melakukan pemeriksaan setempat supaya penderita bisa diantisipasi lebih awal," katanya.

Seperti di Kabupaten Rokan Hilir, katanya, justru menggunakan unit mobil keliling untuk menjaring penderita. Namun demikian gerakan elminasi TB paru perlu kembali digiatkan Gerakan Masyarakat untuk menjalankan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Selain penderita berasal dari keluarga tidak mampu, katanya, bahkan juga ditemukan penderita TB Paru dari keluarga kaya, lebih akibat merokok, atau terpapar akibat penularan viru TB paru melalui dahak penderita yang dibuang sembarang tempat itu seperti bandara, atau di terminal.

"Untuk obat TB paru itu sudah disediakan gratis oleh pemerintah sehingga penderita diimbau rajin dan disiplin meminum obat tersebut guna menghindari kekebalan atau tidak mempan lagi terhadap obat TB paru tersebut," katanya.

Efek samping obat tersebut adalah pasien bisa mengalami kerusakan alat pendengaran, dan gangguan jantung. Karena itu Kementrian Kesehatan mendapatkan bantuan peralatan pemeriksaan jantung dan telinga untuk pasien TB paru dari PT Jhonson and Jhonson. ***4***T.F011